Saturday, December 23, 2023

Makalah Tentang Qunut

Makalah Tentang Qunut


QUNUT

 

A.  Latar Belakang

Di Indonesia, sepertinya banyak sekali yang mengenal istilah qunut dalam masalah ibadah. Doa qunut yang sudah dianggap sebagai sebuah kewajiban sepertinya selalu dilaksanakan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia karena mereka merasa tanpa qunut subuh, maka tidak afdhal ibadah subuhnya.

Namun, ada sebagian ummat Islam yang rupanya berang karena menganggap bahwa hal itu adalah bid’ah yang sesat. Mereka mencela pelaku qunut sebagai ahlul bid’ah yang menyesatkan.

Dalam masalah khilafiyah atau perbedaan hasil ijtihad di kalangan ulama’ dengan dalil dhanny adalah suatu yang wajar. Namun yang ironi bila masalah khilafiyah dinilai bid’ah dan yang bid’ah dinilai khilafiyah, bahkan masalah wajib, sunnah dan mubah juga dianggap bid’ah, seiring dengan munculnya ulama’ yang tidak faqih, kelompok ahli bid’ah bertendensi pembaharuan, faham kerdil bertendensi modenisasi, serta munculnya aliran-aliran sempalan yang berseberangan dengan islam.

Makalah ini mengajak kita untuk memahami hukum-hukum islam secara sempurna, profesional dan tidak tendensial pada aliran atau sekte manapun. Sejumlah masalah yang kerap kali diperselisihkan di kalangan ulama’ dan kini justru ada yang menilainya bid’ah, diangkat dan dibahas secara profesional, obyektif dan mendalam.

Semua ini dengan harapan agar masyarakat memahami masalah agama secara benar dan tidak menjadikan suatu perbedaan pendapat sebagai jurang pemisah di antara sesama muslim, selama perbedaan itu masih dalam koridor syari’at islam.

B.  Kisi – kisi

1.    Pengertian Qunut

2.    Macam – Macam Qunut

3.    Hukum Doa Qunut

4.    Pendapat Para Ulama

 

 

 

 

 

C.     PENGERTIAN QUNUT

 

Qunut pada lughat, bermakna: do’a, berdiri dalam sembahyang, berdiam diri dalam sembahyang. Doa Qunut ialah do’a yang dibaca waktu berdiri dalam sembahyang. Al-Hafidh Al Iraqy menerangkan bahwa Qunut ada 10 macam maknanya: Do’a- khusyu’- ibadah- tha’at- mengerjakan tha’at- mengakui diri hamba Allah- diam dengan tekun dalam sembahyang- berdiam diri dalam sembahyang- lama berdiri dalam sembahyang dan tetap dalam tha’at.[1]

Adapun qunut menurut syara’ adalah berdiri lama membaca do’a qunut dalam shalat. {Mu’jam Al-Wasith II/671}

Anas bin Malik ra, berkata:

أنّه صلّى الله عليه وسلّم رفع يديه فى القنوت. رواه البيهقى (سنن البيهقي ج 2 ص 211)

Qunut secara bahasa memiliki beberapa makna, diantaranya,
1. Tunduk dan taat

Allah berfirman,

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ

“Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan di bumi, semuanya kunut (tunduk) kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 116).

2. Ibadah shalat

Allah berfirman,

يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ

“Hai Maryam, lakukanlah kunut (shalatlah), sujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran: 43)

3. Diam dan tenang

Allah berfirman,

وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

“Berdirilah menghadap Allah (shalat) dengan tenang.” (QS. Al-baqara: 238)

Zaid bin Arqam mengatakan, “Dulu kamu mengobrol ketika shalat, sampai turun ayat ini, dan kami diperintahkan untuk diam, dan kami dilarang bicara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Berdiri lama ketika shalat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ طُولُ الْقُنُوتِ

“Shalat yang paling utama adalah yang panjang qunutnya (berdirinya)”. (HR. Muslim).

An-Nawawi mengatakan,

المراد بالقنوت هنا القيام باتفاق العلماء فيما علمت

Yang dimaksud qunut adalah lama berdiri ketika shalat berdasarkan sepakat ulama, yang saya ketahui. (Syarh Shahih Muslim, 6/35)

D.     MACAM – MACAM QUNUT

1.      Qunut Subuh

Qunut subuh adalah membaca do’a qunut yang dianjurkan membacanya setelah bangun dari ruku’ raka’at terakhir shalat subuh. Namun terdapat perbedaan diantara ulama’ tentang hukuma membaca do’a qunut dalam shalat subuh.

Ø Madzhab Hanafi

Ulama’ madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat witir saja dan tidak dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat subuh, selain qunut nazilah dalam shalat jahriyah {bacaan keras}. Menurutnya, bila imam membaca do’a qunut dan makmumnya memilih tidak qunut dalam shalat subuh, sebaiknya makmum diam mendengarkan bacaan qunut imam. Pendapat ini menilai bahwa qunut subuh telah ditinggalkan oleh Nabi SAW sesuai hadits Ibnu Mas’ud ra, yang menerangkan bahwa Nabi SAW qunut selama satu bulan kemudian beliau meninggalkannya.

شيبة والطحاوي (نصب الراية ج 2 ص 127)

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: Bahwa Nabi SAW, membaca do’a qunut dalam shalat subuh selama satu bulan kemudian beliau meninggalkannya. HR. Al-Bazzar, Thabarani, Ibn Syaibah dan Thahawi. {Nasbu al-Rayah II/128}

Namun yang dimaksud qunut yang ditinggalkan Nabi SAW adalah qunut nazilah, bukan qunut subuh, sesuai pendapat yang rojih. Hadits lain yang juga mereka pakai alasan bahwa qunut subuh telah di nasakh (hapus) adalah sejumlah hadits berikut.

عن مالك الآشجعى رضي الله عنه قال : أنّ أباه صلّى خلف رسول الله صلّى الله عليه وسلّم وأبى بكر وعمر وعثمان وعليّ، فلم يقنت واحد منهم. رواه أحمد والترمذي وصححه وابن ماجة (نيل ألوطار ج 2 ص 133 والفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 810)

Dari Malik al- Asyja’I ra ia berkata: Bahwa ayahnya shalat bermakmum dibelakang Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra, tidak seorangpun diantara mereka yang membaca qunut. HR. Ahmad dan Tirmidzi dan di tashih Ibnu Majah. {Nailul Authar II/133 dan al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/810}

 

عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبي صلّى الله عليه وسلّم قنت شهرا ثمّ تركه . رواه أحمد (الفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 810 ونيل الأوطار ج 2 ص 123 )

Anas ibn Malik ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW qunut selama satu bulan kemudian beliau tinggalkan. HR. Ahmad {Al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/810 dan Nailul Authar II/123}

عن أنس رضي الله عنه قال: كان القنوت فى المغرب والفجر. رواه البخارى (الفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 180 ونيل الأوطار ج 2 ص123)

Anas bin Malik ra, ia berkata: Adalah qunut itu pada shalat maghrib dan shalat subuh. HR. Bukhari. {al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/180 dan Nailul Authar II/123}

 

Ø Madzhab Maliky

Ulama’ madzhab Maliky berpendapat bahwa sunnah qunut pada shalat subuh dan makruh membaca qunut selain qunut pada shalat subuh. Do’a qunut yang dipilih oleh Imam Malik yaitu do’a qunut Ibnu Umar yaitu:

اللّهمّ إنّا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك، ونؤمن بك ونتوكّل عليك، ونثنى عليك الخير كلّه، نشكرك و نكفّرك ونخلع ونترك من يفجرك، اللّهمّ إيّاك نعبد ولك نصلّى ونسجد وإليك نسعى ونحفد، نرجو رحمتك ونخشى عذابك، إنّ عذابك الجدّ بالكفّار ملحق.

Bacaan qunut tersebut berdasarkan hadits dari Khalid Ibn Abi Imran ra.

عن خالد بن أبى عمران رضي الله عنه قال : "بينما رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يدعو على مضر، إذجاءه جبريل، فأومأ إليه أن اسكت فسكت، فقال : يا محمّد، إنّ الله لم يبعثك سبّابا ولا لعّانا، وإنّما بعثك رحمة للعالمين، ليس لك من الأمر شيئ، ثمّ علّمه القنوت : اللّهمّ إنّا نستعينك ..." أخرجه أبو داود فى المراسيل (نصب الراية ج 2 ص 135)

Khalid ibn Abu Imran ra, ia berkata: Pada saat Nabi SAW berdo’a untuk Mudhar, tiba-tiba datang Malaikat Jibril,maka beliau memberi isyarah pada saya agar diam, maka diam.Malaikat Jibril berkata: “Muhammad SAW, Allah SWT tidak mengutusmu sebagai orang pencaci dan pelaknat, namun Allah mengutusmu sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta, tidak ada hak bagimu sedikitpun tentang hal itu, kemudian diajarkan membaca do’a qunut “Allaahumma innaa nasta’iinuka....” HR. Abu Dawud dalam al-Marasil. {Hadits ini shahih, lafadznya mauquf, tetapi hukumnya marfu’. Diriwayatkan Abu Dawud dalam al-Marasil XIII/184. Al-Baihaqy dalam as-Sunan al-Kubra II/210 dari jalan Abu Wahab dari Mu’awiyah bin Shalih dari Abdul Qahir, dari Khalid bin Abi Imran dan lihat Nasbu al-Royah juz II/135 dan al-Fiqhu al-Islamy wa-adillatuhu I/811}

Para sahabat sepakat atas do’a qunut tersebut, maka lebih baik membacanya. Boleh memilih do’a qunut lainnya dan boleh pula menggabungkannya. {al-Fiqhu al-Islamy wa-adillatuhu juz I hal. 811}

 

Ø Madzhab Syafi’i

Ulama’ madzhab syafi’i berpendapat bahwa sunnah membaca do’a qunut dalam shalat subuh yaitu dilakukan setelah bangun dari ruku’ raka’at yang terakhir. Imam Syafi’i berpendapat qunut subuh sunnah muakkadah karena Nabi SAW mengerjakannya setiap shalat subuh sepanjang hayatnya. Maka bila lupa tidak qunut dianjurkan sujud syahwi. {Mughni al-Muhtaj I/166. Al-Majmuk Syarh al-Muhadzab II/490. Al-Muhadzab I/81. Hasyiyah al-Bajuriy I/168}

Do’a yang dipilih Imam Syafi’i adalah do’a qunut yang masyhur yang biasa dibaca Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya dalam shalat subuh dan witir yaitu:

 

اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، فإنّك تقضي ولا يقضى عليك، وإنّه لا يضلّ من واليت، ولا يعزّ من عاديت، تباركت ربّنا وتعاليت، فلك الحمد على ما قضيت أستغفرك وأتوب إليك، وصلّى الله على سيّدنا محمّد النبيّ الأميّ وعلى اله وصحبه وسلّم.

 

Terdapat sejumlah dalil yang menerangkan dianjurkan membaca do’a qunut dalam shalat subuh diantaranya adalah:

Nabi SAW bila shalat subuh beliau mengangkat kedua tangan dan membaca do’a qunut “Allaahummahdinii fiman hadait……”

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان رسول الله إذا رفع رأسه من الركوع من صلاة الصبح في الرّكعة الثّانية رفع يديه فيدعو بهذا الدّعاء : اللّهمّ اهدني فيمن هديت...."رواه الحاكم وقال : صحيح وزاد البيهقي فيه عبارة : فلك الحمد على ما قضيت" رواه البيهقي عن ابن عباس (سبل السّلام ج 1 ص 187). وزاد البيهقي والطبراني "ولا يعزّ من عاديت" (سبل السّلام ج 1 ص 186)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW bila bangun dari ruku’ dalam shalat subuh pada raka’at yang kedua beliau mengangkat kedua tangannya dan membaca do’a qunut “Allaahummahdinii fiiman hadaiit....” HR. Hakim dan berkata: hadits shahih dan ditambahkan dalam hadits tersebut lanjutan do’a “Falakal hamdu ‘alaa maa qadlait..” HR. Baihaqi dan Ibnu Abbas. {Subulus salam juz I/188} dan Imam Al-Baihaqi dan Thabarani menambahkan: “Walaa yaizzu man ‘adait”. {Subulus salam I/186}

Nabi SAW mengajarkan do’a qunut yang dibaca dalam qunut subuh sama dengan qunut shalat witir yaitu “Allaahummahdinii fiiman hadait....” Sesuai Hadits diceritakan al-Hasan bin Ali ra, ia berkata : Adalah Nabi SAW mengajarkan padaku do’a yang dibaca pada qunut witir yaitu:

اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، وإنّك تقضى ولا يقضى عليك ولا يضلّ من واليت تباركت ربّنا وتعاليت. رواه الخمسة (سبل السّلام ج 1 ص 362)

“Ya Allah berikanlah kami petunjuk bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Sehatkan kami bersama orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah kami pertolongan orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berkatilah kami pada apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami. Jagalah diri kami dari kejahatan –kejahatan yang telah Engkau tetapkan. Karena Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang menetapkan. Tidak akan terhina orang yang telah Engkau beri pertolongan. Maha Mulia Engkau Wahai Tuhan Yang Maha Tinggi” HR. Khamsah.

Nabi SAW tidak pernah meninggalkan membaca qunut pada setiap shalat subuh hingga akhir hayatnya. Sesuai hadits Anas bin Malik ra.

عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قنت شهرا يدعو عليهم ثمّ ترك فأمّا في الصبح فلم يزل يقنت حتّى فارق الدّنيا. رواه البيهقي والدار قطني (المجموع ج 3 ص 504)

Anas ibn Malik ra, berkata: Bahwa Nabi SAW qunut nazilah satu bulan penuh, kemudian beliau tinggalkan qunut nazilah tersebut. Adapun qunut subuh beliau tidak meninggalkannya sampai akhir hayatnya. HR. Baihaqy dan Daruquthniy. {Hadits ini lemah, namun dapat dipakai hujjah karena didukung hadits yang lain.

 

Ø Madzhab Hambali

Ulama’ madzhab Hambali berpendapat seperti imam Abu Hanifah, bahwa dianjurkan qunut dalam shalat witir saja dan tidak dianjurkan dalam shalat lainnya selain qunut nazilah dalam shalat jahriiyah {bacaan keras} pada waktu tertentu. Bila imam membaca qunut, makmum dianjurkan mengamininya sambil mengangkat kedua tangannya, setelah selesai agar menyapukan kedua tapak tangannya pada wajahnya. {Al-Mughni I/151-155. Kasy-Syaaf al-Qona’ I/490-494}.[2]

2.      Qunut Nazilah

Qunut nazilah ialah berdo’a untuk menolak suatu bala, memohon suatu pertolongan atau untuk kehancura suatu kaum, dilakukan pada i’tidal terakir dri shalat-shalat fardu.[3]

Misalnya ada kampung yang tertimpa musibah, seperti adanya penyakit menular, sakit kolera, atau dalam keadaan perag yang menyebabkan kerusakan-kerusakan maka penduduk tersebut disunahkan membaca qunut nazilah. Qunut nazilah bukan untuk mengutuk, melainkan semata-mata untuk memohon perlindungan Allah dari marabahaya.

Ø Madzhab Syafi’i

 Dan telah berkata madzhab Imam Syafi'i: Disunnahkan qunut (qunut nazilah) karena adanya perkara-perkara yang bersifat berat (misalnya turunnya bencana) di dalam semua waktu shalat. Imam dan munfarid (orang yang shalat sendirian) membaca dengan suara keras di dalam qunut itu. Begitupula disunnahkan berjama'ah membaca qunut di bulan suci Ramadhan. Adapun bacaan qunut itu di raka'at akhir pada setengah kedua dari bulan suci Ramadhan, sebagaimana disunnahkan membaca qunut setelah bangun dari ruku' kedua di dalam shalat shubuh pada setiap hari.

Qunut Nazilah adalah sunnah hai’ah hukumnya (kalau lupa tertingal tidak disunatkan bersujud sahwi). Hal ini sebagaimana menurut Imam Syafi'i, qunut nazilah disunnahkan pada setiap shalat lima waktu, setelah ruku' yang terakhir, baik oleh imam atau yang shalat sendirian (munfarid): bagi yang makmum tinggal mengamini doa imam.

Menurut pendapat 4 madzhab :

Ø Madzhab Maliki

Ulama’madzhab Maliki berpendapat bahwa sunnah membaca do’a qunut hanya dalam shalat subuh saja dan tidak dianjurkan dalam shalat lainnya.

Ø Madzhab Hanafi

Dianjurkan membaca qunut nazilah bila terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam, namun qunut ini hanya pada shalat shubuh saja dan yang membaca qunut adalah imam, lalu diaminkan oleh jama’ah dan tidak ada qunut jika shalatnya munfarid (sendirian).

Ø Madzhab Hambali

Dianjurkan membaca qunut nazilah bila terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam. Pada kondisi ini imam atau yang mewakilinya berqunut pada shalat lima waktu selain shalat Jum’at.

3.      Qunut Witir

Qunut witir adalah qunut yang dibaca dalam sholat witir.Qunut witir boleh dilakukan sebelum rukuk sesudah selesai qiroah (bacaan surat) dan boleh sesudh rukuk. Apabila kita berqunut sebelum ruku’, hendaklah kita angkat tangan sambil takbir lagi sesudah selesai dari qunut. Demikian diriwyatkan dari sebagian sahabat (Fiqhus Sunnah 2 : 34).[4]

Menurut pendapat empat madzhab :

Ø Madzhab Syafi’i

Imam Syafi’i mengatakan bahwa sunnah membaca do’a qunut dalam shalat witir yaitu dimulai dari pertengahan malam bulan suci Ramadhan {tanggal 15 Ramadhan}.

Adapun do’a qunut yang dibaca dalam qunut witir menurut Imam Syafi’i adalah sama dengan do’a qunut dalam shalat subuh.

Ø Madzhab Maliki

Makruh hukumnya membaca do’a qunut pada shalat witir.

Ø Madzhab Hanafi

Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah) qunut witir dilakukan diraka’at yang ketiga sebelum ruku’ pada setiap shalat sunnah.

Ø Madzhab Hambali

Do’a qunut witir menurut madzhab Hambali adalah sama dengan do’a qunut yang dibaca dalam qunut shalat subuh. Dibaca dengan suara keras. Makmum dianjurkan mengamini dan mengangkat kedua tangan kemudian menyapu muka setelah selesai do’a.

4.      Qunut Umum

a.    Dikehendaki dengan qunut sebelum ruku’ , ialah : memanjangkan berdiri. Mereka berkata : Nabi meninggalkan qunut setelah hilang sebabnya.

b.    Dikehendaki dengan qunut seudah ruku’, yng tetap, ialah : melamakan berdiri untuk berdo’a secara sirr. Inilah yang dimksud Anas dengan katanya “Senantiasa Nabi berqunut sehingga beliau wafat”.

c.    Qunut yang Nabi tinggalkan, ialah: berdo’a atas kaum kafir yang dilakukan sesudah ruku’ pada raka’at – raka’at yang terakhir.

d.   Qunut yang terus menerus beliau kerjakan, ialah :  memanjangkan berdiri pada dua tempat itu (sebelum dan sesudah ruku’) untuk berdo’a dalam setiap raka’at secara sirr.

Ringkasannya : qunut yang tetap dikerjakan Nabi, ialah yang berarti : melamaka berdiri untuk berdo’a secara sirr sebelum dan sesudah ruku’.

5.      Qunut Khusus

a.    Qunut yang bersifat meminta do’a yang tertentu dibacakan dengan suara keras dn di aminkan oleh makmum,di isyari’atkan bila perlu. Dinamainya “qunut nazilah”. Dilakukan dalam i’tidal yang akhr dari segala sembahyang.

b.    Qunut yang diartikan : “umum do’a”, disunnahkan dalam segala berdiri : istimewa dalam berdiri i’tidal, dibaca seara sirr.

c.    Menetapkan qunut secara dijaharkan oleh imam dan diaminkan oleh ma’mum dalam i’tidal yang kedua pada tiap-tiap sembahyang subuh, tiada mempunyai alasan yang kuat.[5]

 

E.     Hukum Do’a Qunut

Hukum Qunut adalah sunat, diantara sahabat yang mensunahkan diantanya Abu Bakar As-Sidik, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Abbas dan Barra Bin Aziz. Dalil yang dijadikan pedoman untuk mensunahkan qunut adalah hadist Nabi Muhammad SAW :

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Terus-menerus Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia”.

Pakar hadis Muhammad bin Alan as-Sidiqi dalam kitabnya Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah mengatakan bahwa hadis ini yang benar dan diriwayatkan serta disahihkan oleh golongan pakar yang banyak yang banyak hadist.[6]

 

F.    Pandangan Ulama’ Seputar Qunut Subuh

Terdapat sejumlah pandangan para ulama’ tentang hukum membaca do’a qunut dalam shalat subuh. Berikut pandangan mereka:

Dalam kitab Al-Mahalliy disebutkan. Syaikh Jalaluddin al-Mahalliy mengatakan: “Dan sunnah qunut pada i’tidal raka’at kedua pada shalat subuh membaca “Allahummahdinii...” {Al-Mahalliy I/157}

Dalam kitab Syarah Al-Muhadzab disebutkan imam Nawawi mengatakan: “Dan termasuk sunnah Nabi SAW qunut pada shalat subuh pada raka’at kedua berdasarkan hadits Anas ibnu Malik” {Al-Majmuk syarah al-Muhadzab III/492}

Dalam kitab I’anatut Thalibin Syaikh Syatha mengatakan: Dan sunnah qunut pada shalat subuh, berdasarkan hadits shahih, bahwa Nabi SAW qunnut subuh sampai akhir hayatnya. {I’anutut Thalibin I/158}

Dalam kitab Al-Um juz I halaman 205 disebutkan: Imam Syafi’i mengatakan “Tidak dianjurkan membaca do’a qunut selain pada shalat subuh, kecuali qunut nazilah, bila terjadi bencana. Bila imam qunut, dianjurkan qunut bila dikehendaki pada setiap shalat” {al-Um I/205}

Maksudnya adalah bahwa qunut hanya dianjurkan pada shalat subuh, tidak pada setiap shalat lima waktu, kecuali qunut nazilah maka dilakukan pada setiap shalat lima waktu bila imam melakukannya.

Tersebut dalam kitab Syarah al-Muhadzab juz II halaman 492, imam Nawawi mengatakan: “Dan adalah termasuk sunnah Nabi SAW qunut pada shalat subuh pada raka’at yang kedua berdasarkan pada hadits dari Anas bin Malik” {al-Majmu’ III/492}

Dalam kitab Al-Aziz syarah al-Wajiz disebutkan adalah al-Qasim Abdul karim bin Muhammad al-Rafi’ mengatakan: sunnah hukumnya qunut pada shalat subuh. {al- Aziz syarah al-Wajiz hal. 412}

Dalam kitab Bujairimi disebutkan “Yang sunnah muakkadah dalam shalat adalah Tasyahud Awal dan Qunut Subuh”. {al-Bujairimi II/44}

Dalam kitab Nihayatuz Zain disebutkan: Syaikh Nawawi al- Banteniy mengatakan: “Dan sesungguhnya sunnah qunut pada shalat subuh yaitu pada i’tidal raka’at kedua, setelah membaca do’a yang biasa” {Nihayatuz-zain hal. 66}.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

 

Doa Qunut ialah do’a yang dibaca waktu berdiri dalam sembahyang. Macam Qunut sendiri terbagi menjadi 3 macam, diantaranya Qunut Subuh, Qunut Nazilah dan Qunut Witir. Hukum membacanya adalah sunnah.

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum bacaan Qunut, diantanya :

Ø Madzhab Hanafi

Ulama’ madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat witir saja dan tidak dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat subuh, selain qunut nazilah dalam shalat jahriyah {bacaan keras}.

Ø Madzhab Maliky

Ulama’ madzhab Maliky berpendapat bahwa sunnah qunut pada shalat subuh dan makruh membaca qunut selain qunut pada shalat subuh.

Ø Madzhab Syafi’i

Imam Syafi’i berpendapat qunut subuh sunnah muakkadah karena Nabi SAW mengerjakannya setiap shalat subuh sepanjang hayatnya.

Ø Madzhab Hambali

Ulama’ madzhab Hambali berpendapat seperti imam Abu Hanifah, bahwa dianjurkan qunut dalam shalat witir saja dan tidak dianjurkan dalam shalat lainnya selain qunut nazilah dalam shalat jahriiyah {bacaan keras} pada waktu tertentu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ashiddieqy, Hasby. 1991. Kuliah Ibadah. Jakarta: PT. Bulan Bintang

http://kmplnmakalah.blogspot.com/2012/10/hukum-membaca-qunut-dalam-sholat.htm

Dimyathi Badruzzaman, Ahmad. 2009. Umat Bertanya Ulama Menjawab. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Muhammad Hasby Ash Shiddieqy,  Tengku. 2001. Pedoman Shalat. Semarang: Pustaka Rizki

Ktb, Piss. 2013.  Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi Keagamaan. Indonesia: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah

 



[1] Hasby Ashiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), 146.

[3]  Ahmad Dimyathi Badruzzaman, Umat Bertanya Ulama Menjawab, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 236

[4]  Tengku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra: 2001) ,315

[5]  Hasbi Ash Shiddieqy ,152

[6] Piss ktb, Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi Keagamaan, (Indonesia: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, 2013), 229.


No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)