Thursday, April 13, 2017

MAKALAH PEMIKIRAN AL-KINDI


BAB  I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

       Mengkaji filsafat Islam tidak semudah membalikkan telapak tangan.Ia sarat dengan muatan teologis dan historis.Secara historis,tarik menarik kepentingan bahwa orisinalitas filsafat itu berasal dari Yunani atau Islam adalah fakta yang tak bisa dihindari.Begitu pula,dalam tataran teologis,penerimaan filsafat kerap berbenturan antara pandangan keimanan dan pemikiran liberal filsafat.
       Melihat permasalahan diatas tentu dibutuhkan pengetahuan mendalam untuk mengetahui sejarah filsafat Islam yang tak bisa lepas dari filsuf-filsufnya.Berangkat dari permasalahan diatas penulis bermaksud memberikan sedikit pengetahuan tentang filsuf Islam yaitu Al-Kindi begitu juga dengan pemikirannya.

B.Rumusan Masalah

1.      Siapakah sebenarnya Al-Kindi?

2.      Apa saja karya-karya Al-Kindi?

3.      Bagaimana pemikiran-pemikiran Al-Kindi?

C.Tujuan Pembahasan

1.      Mengetahui biografi Al-Kindi.

2.      Mengetahui karya-karya Al-Kindi.

3.      Mengetahui pemikiran-pemikiran Al-Kindi.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Biografi  Al-Kindi

       Al-Kindi (185 H/801M-260H/873M) adalah filsuf yang pertama muncul di Islam.Dalam buku History of Muslim Philosopy;Al-Kindi disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”.[1]Ia adalah keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah,suku bangsa yang dimana sebelum Islam bermukim di Arab Selatan.

       Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin `Imran  bin Isma`il bin Al Asy`ats bin Qays Al-Kindi.[2]Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185H(801M).Ayahnya,Ishaq Ash-Shabbah,adalah Gubernur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun dari Bani `Abbas.Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir.Dengan demikian Al-Kindi dibesarkan dalam keadaan yatim.Namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menunutut ilmu dengan baik di Bashrah dan Baghdad dimana dia dapat bergaul dengan ahli pikir terkenal.

       Al-Kindi hidup semasa pemerintahan Daulah Abbasiyah (Al-Amin,809-813 M;Al-Ma`mun,813-833 M;Al-Mu`tashim,833-842 M;Al-Watsiq 842-847;dan Al-Mutawakkil,847-861M),suatu masa kejayaan Dinasti Abbasiyah dan berkembangnya intelektual,khususnya faham  Mu`tazilah.[3]Ia diundang oleh Khalifah Al-Ma`mun untuk mengajar pada Bait al-Hikmah dan mengasuh Ahmad,putera Khalifah Al-Mu`tashim.Melalui lembaga Bait al-Hikmah,ia sangat dikenal dan berjasa dalam gerakan penterjemahan dan seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani,Suriah,dan India kepada dunia Islam.Dalam buku Thabaqat al-Athibba (golongan dokter) karya Ibn Juljul,bahwa penerjemah yang mahir dalam Islam ada lima orang:Hunain ibn Ishaq,Ya`qub bin Ishaq,Al-Kindi,Tsabit ibn Qurrah,dan Umar ibn Farkhan al-Thabari.Namun itu tidak berarti bahwa Al-Kindi hanya ahli dalam bidang penerjemahan,karena ia juga menjelaskan dan menyingkap berbagai permasalahan yang sulit dipahami.Hal itu dimungkinkan karena Al-Kindi banyak menguasai ilmu yang berkembang pada waktu itu di Kufah dan Baghdad,seperti kedokteran,filsafat,semantik,geometri,aljabar,ilmu Talak,astronomi,bahkan ia berkemampuan mengubah lagu.Jadi tidak heran kalau banyak istilah-istilah yang dikembangkan Al-Kindi mendapat perhatian filsuf sesudahnya dan sampai saat ini masih dipergunakan,sebagai contoh “jirm”(tubuh),oleh Al-Kindi dirubah menjadi jism,istilah “thinah”(materi) menjadi maddah,dan masih banyak lagi yang lainnya.

       Al-Kindi yang juga dijuluki sebagai filosof Arab karena ia satu-satunya murni berdarah Arab,memperoleh penghargaan yang tinggi dari Khalifah Al-Mu`tasim(pemerintah):218-223H/833-838M[4],tapi juga pernah mengalami perlakuan yang buruk dari pihak-pihak yang iri kepadanya atau benci kepada falsafat,pada masa-masa sesudah Khalifah Mutawakkil pada 234H/849M berpihak kepada ulama hadis dan membatalkan paham Mu`tazilah sebagai paham resmi negara.

       Nasib sial dialami Al-Kindi saat ideologi pemerintahan berubah.Al-Mutawakkil sebagai pengganti Al-Mu`tashim.Ia menjadi sasaran intrik dan fitnah dari lawan-lawan politik sekaligus lawan ideologis.Ia dihukum dan perpustakaan pribadinya disita kemudian dijadikan milik Al-Mutawakkil.

       Tentang kapan Al-Kindi meninggal tidak ada suatu keterangan pun yang pasti.Agaknya menentukan tahun wafatnya sama sulitnya dengan menentukan tahun kelahirannya dan siapa-siapa saja guru yang mendidiknya.Mustafa `Abd Al-Raziq cenderung mengatakan tahun wafatnya adalah 252H,sedangkan Massignon menunjuk tahun  260H,suatu pendapat yang juga diyakini oleh Hendry Corbin dan Nellino.Sementara itu,Yaqut Al-Himawi mengatakan bahwa Al-Kindi wafat sesudah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.[5]

       Perjalanan intelektual yang mengantarkan Al-Kindi menjadi ulama besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan dua kota besar pada saat itu,yaitu Kufah  dan Basrah.Kedua kota tersebut pada abad ke-2 H/ke-8 M dan ke-3 H/ke-9 M,merupakan dua pusat kebudayaan Islam yang bersaingan.Kufah lebih cenderung pada studi-studi aqliah;dimana Al-Kindi melewatkan masa kanak-kanaknya.Dia menghapal Al-Qur`an,mempelajari tata bahasa Arab,kesusastraan dan ilmu hitung,yang kesemuanya itu merupakan kurikulum bagi semua anak muslim.Ia kemudian mempelajari fiqh dan disiplin ilmu baru yang disebut kalam.Akan tetapi, tampaknya ia lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat,terutama setelah ia pindah ke Baghdad.Pengetahuan ilmu filsafat Yunani bisa diperoleh dengan menguasai dua bahasa yunani dan Syiria sebab banyak karya Yunani diterjemahkan dengan dua bahasa tersebut.Al-Kindi mempelajari bahasa Yunani,tetapi ia menguasai bahasa Syiria dalam menerjemahkan beberapa karya klasik.Ia juga memperbaiki beberapa terjemahan bahasa Arab,seperti terjemahan Enneads-nya Plotinus oleh Al-Himsi,yang samppai kepada orang-orang Arab sebagai salah satu karya Aristoteles.[6]Al-Qifti,sang penulis biografi,mengatakan bahwa”Al-Kindi menerjemahkan banyak buku filsafat,menjelaskan hal-hal yang pelik,dan membuat intisari teori-teori canggih filsafat”.[7]

       Bila menilik pada masa Al-Kindi berinteraksi dengan pemerintahan Al-Ma`mun,Al-Mu`tasim,tak heran ,menurut Harun Nasution,[8]kalau Al-Kindi menganut aliran Mutazilah yang mengedepankan rasio dan filsafat dalam pemahaman keislamannya.Disamping itu,zaman Al-Kindi adalah zaman penerjemahan buku-buku Yunani yang memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir Al-Kindi dimana ia turut aktif dalam kegiatan terjemahan.

       Kisah lain tentang Al-Kindi digambarkan dalam karikatur Al-Jahiz dalam Kitab Al-Bukhala.Betapapun Al-Kindi hidup mewah disebuah rumah,yang didalam kebun rumahnya ia memelihara banyak binatang langka,ia hidup menjauh dari masyarakat bahkan dari tetangga-tetangganya.Sebuah kisah menarik oleh Al-Qifti memaparkan bahwa Al-Kindi bertetangga dengan seorang saudagar kaya,yang tak pernah tahu bahwa Al-Kindi adalah seorang tabib ahli.Ketika anak sang saudagar tiba-tiba lumpuh dan tak seorang tabib pun di Baghdad yang mampu menyembuhkannya,seorang memberi tahu sang saudagar bahwa ia bertetangga dengan filsuf cemerlang,yang amat pandai mengobati penyakit seperti itu.Al-Kindi mengobati anak yang sakit lumpuh itu dengan musik.[9]

Dari kisah tersebut ada hal yang menarik yang dihubungkan dengan Al-Kindi yaitu kisah kepiawaiannya tentang musik.Menurutnya,rasa seni bukan hanya dimiliki oleh manusia,tetapi juga hewan.Bila seruling ditiup dengan baik maka hewan seperti ular dan buaya akan keluar dari tempat persembunyiannya dan ikut mengikuti irama seni tersebut.Begitu pula para penggembala dengan suara terompetnya yang khas akan dapat memanggil dan mengumpulkan hewan gembalanya,seperti sapi,kambing,dan lainnya.Maka dengan musik itulah ia berhasil mengobati anak tetangganya yang lumpuh tersebut.Ia pernah menulis dan membentangkan undang-undang “Musical Sound” dan seni musik yang berpengaruh sampai ke Eropa.[10]

Betapa pun juga Al-Kindi sudah dinobatkan sebagai filsuf muslim berkebangsaan Arab yang pertama,ia layak disejajarkan dengan filsuf-filsuf muslim non-Arab.Sumbangan Al-Kindi yang sangat berharga dalam dunia filsafat Islam ialah usahanya untuk membuka jalan dan menjawab rasa enggan dari umat Islam lainnya untuk menerima ilmu filsafat ini,yang terasa asing dimasa itu.

B.Karya-karya Al-Kindi

       Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah tetapi jumlahnya amat banyak,Ibn Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist,menyebutkan lebih dari 230 buah.[11]Bahkan ahli tentang Al-Kindi,George N.Atiyeh menghitung sekaligus menyebutkan karya-karya tersebut berjumlah 270 buah.[12]Dalam bidang filsafat,karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof.Abu Ridah (1950) dengan judul Rasail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-makalah Filsafat Al-Kindi) yang mencakup 29 makalah.Ahmad Fuad al-Ahwani juga pernah menerbitkan Kitab al-Kindi Ila al-Mu`thasim Billah fi al-Falsafat al-Ula (Surat al-Kindi kepada al-Mu`tashim Billah Tentang FilsafatPertama).[13]

       Akan tetapi,amat disayangkan kebanyakan karya tulisnya telah hilang sehingga sulit menjelaslkan berapa jumlah karya tulisnya.Informasi akhir-akhir ini merupakan suatu kegembiraan bahwa sebagian dari risalah Al-Kindi yang hilang tersebut ditemukan kembali.Sebuah ikhtisar yang berisi 25 risalah Al-Kindi ditemukan oleh Ritter di Istambul,sementara beberapa risalah pendeknya yang lain ditemukan di Aleppo.[14]Risalah-risalah itu oleh Ibn Nadim dikelompokkan dalam17kelompok,yaitu1.Filsafat,2.Logika,3.IlmuHitung,4.Globular,5.Musik,6. Astronomi,7.geometri,8.Sperikal,9.Medis,10.Astrologi,11.Dialektika,12.Psikologi,13.Politik,14.Meteorologi,15.Dimensi, 16.Benda -benda pertama,17.Spesies tertentu logam dan kimia.[15]Pada abad-abad yang lalu para sarjana mempelajarinya hanya berdasarkan sejumlah risalahnya dalam terjemahan Latin abad-abad pertengahan.Dalam setengah abad terakhir ini peta pikiran Al-Kindi tampak lebih terang daripada masa-masa sebelumnya berkat penemuan 25 buah risalahnya yang kemudian diedit dan diterbitkan dalam dua jilid (jilid pertama pada tahun 1950 dan jilid kedua pada tahun 1953) di Kairo,dengan judul Rasa`il al Kindi al Falsafiyyah.[16]

       Namun juga ada pendapat lain misalnya dalam tulisan Ahmad Hanafi,jumlah karangan Al-Kindi sebenarnya sukar ditentukan karena dua sebab.[17]Pertama,penulis-penulis biografi tidak sepakat penuturannya tentang jumlah karangannya sebagaimana dijelaskan diatas.Ibn Nadim dan Al-Qafthi menyebutkan 238 risalah (karangan pendek) dan Sha`id Al Andalusi menyebutnya 50 buah,sedangkan sebagian dari karangan tersebut telah hilang musnah.Kedua,diantara karangannya yang sampai kepada kita,ada yang memuat karangan-karangan lain.Isi karangan-karangan tersebut bermacam-macam,antara lain filsafat,logika,aritmatika dan lain-lain.Al-Kindi tidak banyak membicarakan persoalan-persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas sebelumnya,tetapi ia lebih tertarik dengan definisi-definisi dan penjelasan kata-kata,dan lebih mengutamakan ketelitian pemakaian kata-kata daripada menyelami problema filsafat.Pada umumnya,karangan-karangan Al-Kindi berbentuk ringkas dan tidak mendalam.

       Dalam bidang filsafat karya Al-Kindi diantaranya sebagai berikut:[18]

a)      Kitab Al Kindi ila Al-Mu`tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama).

b)      Kitab al-Falsafah al-Dakhliat wa al-Masa`il al-Manthiqiyah wa al-Muqtashah wa ma Fawq al-Thabi`iyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah-maslah logika dan muskil,serta metafisika)

c)      Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi `Ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak bisa dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika).

d)     Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya).

e)      Kitab fi Ma`iyyah al-`Ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).

f)       Risalah fi Hudud al-Asyya` wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda dan uraiannya).

g)      Risalah fi Annahu Juwahir la Ajsam (tentang substansi-substansi tanpa badan).

h)      Kitab fi Ibrah al-Jawawi al-Fikriyah (tentang ungkapan-ungkapan mengenai ide-ide komprehensif).

i)        Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tulisan filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual).

j)        Risalah fi al-Ibanah an al-`Illat al Fa`ilat al-qaribah li al-Kawn wa al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusakan).

       Diantara karyanya yang paling populer ialah mengenai sejarah para penguasa dan qadhi di Mesir.Bagian awal Kitab Al-Wulat wa Al-Qudhat mencatat biografi para penguasa Mesir dan panglima perang.Catatn ini diselingi dengan uraian mengenai kondisi domestik maupun internasional Mesir.Ia menulis sejarah Mesir hingga wafatnya Al-Ikhsyid tahun 335 H/946 M.Catatan ini diteruskan oleh sejarawan anonim hingga berdirinya dinasti Fathimiyah tahun 362 H/972 M.Al-Kindi menambahi catatan biografi qadhi Mesir sampai kepemimpinan qadhi Bakar tahun 246 H/861 M.Ahmad bin Abdurrahman bin Barad menambahi catatan karya ini hingga sejarah tahun 366 H/977 M.Lalu dilanjutkan oleh penulis anonim hingga catatan tahun 347-424 H/959-1033 M.[19]

       Ditilik dari sejarah peradilan,karya ini terbilang sangat penting karena mencatat berbagai keputusan penting yang ditetapkan para qadhi.Pada tahun 1908 M R.Gottheil mempublikasikan karya ini dibawah judul The History of Egyptian Qadhis.Selain menerbitkan karya Al-Kindi,publikasi R.Gottheil juga mencantumkan suplemen yang diambil dari karya Ibn Hajar Al-`Asqalani Raf`u al-Ishr`an Qudhat Al-Mishr.[20]

       Buku-buku filsafat karangan Al-Kindi yang lainnya adalah “De Aspectibus”dan “De Medicanirum Compositarum Gradibus”(terjemahan dalam bahasa latin.[21]

       Al-Kindi telah menulis filsafatnya yang pertama untuk Khalifah Al-Mu`tasim.Pada permulaan buku itu Al-Kindi memberikan definisi filsafat sebagai berikut: “Filsafat teorinya tentang Tuhan adalah untuk mendapatkan kebenaran”.[22]

       Dalam buku Filsafat-El-Ula,Al-Kindi menerangkan dengan tegas antara perbedaan jiwa dan akal,ia menerangkan adanya perasaan dan adanya akal.Perasaan,masuk pada bagian jiwa dan akal adalah pikiran.Ia berkata :”Segala sesuatu yang diketahui oleh perasaan atau akal adalah terdapat dalam dia sendiri,dalam pikiran kita oleh ujud biasa,sedangkan dalam percakapan atau tulisan oleh ujud yang tidak terduga yang mempunyai gerak dalam dirinya sendiri.”Yang dimaksud oleh Al-Kindi adalah bahwa pikiran itu pergi dari satu bentuk kepada bentuk yang lain,dari kebiasaan yang berurat dalam jiwa,kepada rasa senang dan sakit,seperti adanya marah,takut,gembira,dan sedih.

       Karangan-karangan Al-Kindi menegenai filsafat menunjukkan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologiilmu filsafat.Masalah-masalah Filsafat yang ia bahas mencakup epistimologi,metafisika,dan sebagainya.Sebagaimana halnya para penganut aliran Phytagoras,Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan matematika orang tidak bisa berfilsafat dengan baik.

       Dari karangan-karangannya dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah penganut aliran Eklektisisme[23].Aliran Ekleksitisme adalah suatu kepercayaan yang tidak mempergunakan ataupun mengikuti metode apapun yang ada,meleinkan mengambil apa yang paling baik dari metode-metode filsafat.Dalam metafisika dan kosmologi ia mengambil pendapat-pendapat Aristoteles;dalm psikologi ia mengambil pendapat Plato;dalam bidang etika ia mengambil pendapat Socrates dan Plato.Meskipun demikian,kepribadian Al-Kindi sebagai filosof muslim tetap bertahan.

       Karena sebagian besar karangannya telah hilang, sukar sekali untuk memberikan penilaian yang tepat terhadap buah pikirannya.Sekalipun demikian,hal ini tidak mengurangi penghargaan terhadaapnya sebagai seorang filsuf yang pertama-tama memberikan ulasan dan kritiknya terhadap buku-buku filsafat dari masa-masa sebelumnya.

       Gambaran karya Al-Kindi menunjukkan betapa luas pengetahuan Al-Kindi.Beberapa karya ilmiahnya tetap diterjemahkan oleh Geran dari Cremona ke dalam bahasa Latin,dan karya-karya itu sangat mempengaruhi pemikiran Eropa pada abad pertengahan.cardam menganggap Al-Kindi sebagai salah satu dari dua belas pemikir terbesar.Sarjana-sarjan yang mempelajari Al-Kindi,sampai risalah-risalah Al-Kindi yang berbahasa Arab ditemukan dan disunting semata-mata berdasarkan terjemahan bahasa Latin.

       Sebagai seorang pelopor yang dengan sadar berusaha mempertemukan agama dengan filsaft Yunani,Al-Kindi mengatakan bahwa filsafat adalah semulia-mulia ilmu dan yang tertinggi martabatnya,dan filsafat menjadi kewajiban setiap ahli pikir (ulul albab) untuk memiliki filsaft itu.pernyataan ini terutam tertuju kepada ahli-ahli agama yang mengingkari filsafat dengan dalih sebagai ilmu syirik,jalan menuju kekafiran dari agama.Al-Kindi sendiri sebagai filosof muslim tidak kehilangan kepribadiannya berhadapan dengan pendapat filosof yang dianutnya.misalnya dalam membicarakan masalah kejadian alam,Al-Kindi tetap tidak sependapat denagn Aristoteles yang mengatakan bahwa alam itu abadi.ia tetap berpegang pada keyakinannya bahwa alam adalah ciptaan Allah,diciptakan dari tiada dan akan berakhir menjadi tiada pula.

       Dengan demikian,bagi Al-Kindi,berfilsafat tidaklah berakibat mengaburkan dan mengorbankan keyakinan agama,seperti yang sering dituduhkan orang kepadanya.Filsafat sejalan dan dapat mengabdi kepada agama.[24]

C.Pemikiran-pemikiran Al-Kindi

       Al-Kindi disamping ahli dalam Ilmu Agama, juga ahli Ilmu Kedokteran, filsafat,matematika, logika, geometri, aritmatika, fisiologi, dan astronomi.Adapun pokok-pokok pemikiran Al-Kindi sebagai berikut:

1.      Tentang Filsafat

Al-Kindi menyajikan banyak definisi filsafat tanpa menyatakan bahwa definisi mana yang menjadi miliknya.Yang disajikan adalah definisi-definisi dari filsafat terdahulu, itu pun tanpa menegaskan dari siapa diperolehnya.Mungkin dengan menyebut berbagai macam definisi itu dimaksudkan bahwa penegertian yang sebenarnya tercakup dalam semua definisi yang ada, tidak hanya pada slah satunya.Definisi tersebut diantaranya sebagai berikut:[25]

·         Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan dan kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan.Definisi ini bertitik tolak dari segi kuasa.

·         Filsafat terdiri dari gabungan dua kata, philo, sahabat, dan sophia, kebijaksanaan.Filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan.Definisi ini berdasar atas etimologi Yunani dari kata-kata itu.

·         Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausa-kausanya.Definisi ini menitik beratkan dari sudut pandang materinya.

      Dari beberapa definisi yang amat beragam di atas, tampaknya Al-Kindi menjatuhkakn pilihannya pada definisi terakhir dengan menambahkan suatu cita filsafat, yaitu sebagai upay mengamalkan nilai keutamaan.

      Al-Kindi menegaskan juga bahwa filsaft yang paling tinggi tngkatannya adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama , kausa daripada semua kebenaran, yaitu filsafat pertama.Filosof yang sempurna dan sejati adalah yang memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini.

      Tujuan filsafat adalah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, filsafat menggunakan akal.Filsafat yang paling tinggi dan yang paling mulia adalah metafisika, yaitu mengetahui kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.Maha satu yang maha benar ialah yang pertama, yang  mencipta dan menguasai semua yang diciptakan-Nya.[26]

2.      Tentang Metafisika

            Sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya Al-Kindi mengatakan bahwa filsafat yang tertinggi martabatnya adalah filsafat pertama yamg membicarakan tentang Causa Prima.Filsafat metafisika Al-Kindi ditulis dalam beberapa makalahnya ,khususnya dalam dua makalah, yaitu tentang Filsafat Pertama dan tentang Ke-Esaan Tuhan dan Berakhirnya Alam.Dalam dua makalah  ini Al-Kindi membahasa dengan panjang lebar tentang  hakikat Tuhan dan sifat-sifat Tuhan.[27]

            Tentang hakikat Tuhan, Al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah Wujud Yang Haq (sebenarnya) yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah tiada selama-lamanya,yang ada sejak awal dan akan senantiasa ada selama-lamanya.Tuhan adalah Wujud Sempurna yang tidak pernah didahului wujud yang lain,dan wujud-Nya akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain melainkan dengan perantara-Nya.

            Menurut Al-Kindi semua yang ada ini diciptakan Tuhan dan Tuhan di atas ketentuan hukum alam.Alam bukan qadim (kekal di zaman lampau), tetapi mempunyai permulaan.[28]

3.      Tentang Pengetahuan

            Al-Kindi menyebutkan adanya tiga macam pengetahuan manusia, yaitu; pengetahuan indrawi, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan menggunnkan akal yang disebut pengetahuan rasional, dan pengetahaun yang diperoleh langsung dari Tuhan yang disebut pengetahuan isyraqi atau iluminatif.[29]

·         Pengetahuan Indrawi

            Pengetahuan indrawi terjadi secara langsung ketika orang mengamati terhadap obyek-obyek material, kemudian dalam proses tanpa tenggang waktu dan tanpa berupaya berpindah keimajinasi (musyawirrah), diteruskan ketempat penampungannya yang disebut hafizhah(recollection).Pengetahuan yang diperoleh lewat jalan ini tidak tetap;karena obyek yang diamati pun tidak tetap, selalu dalam keadaan menjadi beruabh setiap saat,bergerak, berlebih berkurang kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya.

            Pengetahuan indrawi ini tidak memberi gambaran tentang hakikat sesuatu realitas.Pengrtahuan indrawi selalu berwatak dan bersifat parsial (juz`iy).Pengetahuan indrawi amat dekat kepada gambaran tentang alam pada hakikatnya.

·         Pengetahuan Rasional

            Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, dan bersifat immaterial.Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi genus dan spesies.Orang mengamati manusia sebagai yang berbadan tegak dengan dua kai, pendek, jangkung, berkulit putih atau berwarna, yang semua itu akan menghasilkan pengetahuan indrawi.Tetapi orang yang mengamati manusia, menyelidiki hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk berpikir (rational animal=hayawan nathiq), telah memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak universal, mencakup semua individu manusia.Manusia yang telah ditajrid (dipisahkan) dari yang indrawi tidak mempunyai gambar yang terlukis dalam persaan.

            Al Kindi memperingatkan agar orang tidak mengacaukan metode yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan, karena setiap ilmu mempunyai metodenya sendiri yang sesuai dengan wataknya.Watak ilmulah yang menentukan metodenya.Adalah suatu kesalahan jika kita menggunakan suatu metode suatu ilmu untuk mendekati limu lain yang mempunyai metodenya sendiri.Adalah suatu kesalahan jika kita menggunakan metode ilmu alam untuk matematika,atau menggunakan metode ilmu alam untuk metafisika.

·         Pangetahuan Isyraqi

            Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan indrawi saja tidak akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-hakikat.Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang genus dan spesies.Banyak filosof yang membatasi jalan memperoleh pengetahuan pada dua macam jalan ini.Al-Kindi sebagaimana halnya banyak filosof isyraqi,mengingatkan adanya jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi (iluminasi) yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran Nur Illahi.Puncak dari jalan ini ialah yang diperoleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu kepada umat manusia.Para Nabi memperoleh pengetahuan yang berasal dari wahyu Tuhan tanpa upaya , tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semata-mata.Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa  mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

4.      Tentang Kenabian

            Al-Kindi berpendapat bahwa yang telah dicapai oleh para Nabi adalah derajat  yang tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia.Sedangkan Nabi dapat mencapai yang begitutentang pengetahuan alam gaib dan ke-Tuhanan melalui jalan intuisi (wahyu) di atas kesanggupan manusia biasa.[30]

5.      Tentang Etika

            Al-Kindi berpendapat bahwa keutamaan manusiawi tidak lain adalah budi pekerti manusia yang terpuji.Keutamaan-keutamaan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian.Pertama merupakan asas dalam jiwa, tetapi bukan asas yang negatif, yaitu pengetahaun dan perbuatan (ilmu dan amal).Bagian ini dibagi menjadi tiga pula, yaitu kebijaksanaan (hikmah), keberanian (sajaah), dan kesucian (`iffah).Kedua, keutamaan-keutamaan manusia tidak terdapat dalam jiwa, tetapi merupakan hasil dan buah dari tiga macam keutamaan tersebut.Dan ketiga, hasil keadaan lurus tiga macam keutamaan itu tercermin dalam keadilan.Penistaan yang merupakan padanannya adalah penganiayaan.[31]

            Dari uraian tersebut dapat diperoleh konklusi bahwa keutamaan manusiawi terdapat dalam sifat-sifat kejiwaan dan dalam buah yang dihasilkan oleh sifat-sifat tersebut.

     

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

1)      Al-Kindi (185 H/801M-260H/873M) adalah filsuf yang pertama muncul di Islam.Dalam buku History of Muslim Philosopy;Al-Kindi disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”. Ia adalah keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah,suku bangsa yang dimana sebelum Islam bermukim di Arab Selatan.

2)      Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah tetapi jumlahnya amat banyak,Ibn Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist,menyebutkan lebih dari 230 buah.Bahkan ahli tentang Al-Kindi,George N.Atiyeh menghitung sekaligus menyebutkan karya-karya tersebut berjumlah 270 buah.Dalam bidang filsafat,karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof.Abu Ridah (1950) dengan judul Rasail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-makalah Filsafat Al-Kindi) yang mencakup 29 makalah.Ahmad Fuad al-Ahwani juga pernah menerbitkan Kitab al-Kindi Ila al-Mu`thasim Billah fi al-Falsafat al-Ula (Surat al-Kindi kepada al-Mu`tashim Billah Tentang FilsafatPertama).

3)      Al-Kindi disamping ahli dalam Ilmu Agama, juga ahli Ilmu Kedokteran, filsafat,matematika, logika, geometri, aritmatika, fisiologi, dan astronomi.Adapun pokok-pokok pemikiran Al-Kindi sebagai berikut:Tentang filsafat,Tentang Ketuhanan,Tentang Pengetahuan,Tentang Kenabian,Tentang Etika.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Djaliel Maman, Filsafat Islam, Bandung:CV Pustaka Setia, 1997.
Nasution Harun, Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta:PT Bulan Bintang, 1987.

Iswahyudi, Pengantar Filsafat Islam, Ponorogo:STAIN Po Press, 2011.

Nasution Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999.
Supriyadi Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung:CV Pustaka Setia, 2009.

Dahlan Abdul Aziz, Pemikiran Falsafi dalam Islam, Jakarta:Djambatan, 2003.

Zar Sirajuddin, Filsafat Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo, 2004.

Tamburaka E Rustam, Pengantar Ilmu Sejarah ,Teori Filsafat, Sejarah Filsafat, Dan Iptek, Jakarta:PT Rineka Cipta,2002.

Waris, Filsafat Umum, Ponorogo:STAIN Po Press, 2009.

Abdul Ghani Yusri, Historiogarfi Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004.


1 comment:

terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)