Thursday, August 4, 2016

Desember (part 1)




Saat malam mulai memeluk mimpi-mimpi setiap orang, ada seorang gadis yang tengah gelisah. Entah mengapa dia sangat berharap pagi cepat kembali. Tak henti dia melihat telepon genggam miliknya. Waktu menunjukkan pukul 23.55 WIB. Dia tersenyum dan memeluk teleponnya erat. Hembusan angin malam yang dingin mulai meniup matanya yang kian memerah. Dengan sekuat tenaga ia berusaha agar tetap terjaga dan tidak tertidur. Namun hembusan angin itu seolah memaksanya untuk memejamkan mata. Akhirnya iapun tertidur lelap.
Cahaya matahari mulai melewati celah jendela kamarnya. Dia terbangun dari tidur yang cukup panjang itu dan mengusap kedua matanya yang enggan terbuka. Perlahan ia membuka matanya meskipun amat berat. Berguling ke kiri kanan seakan raganya tak mau berpisah dengan tempat dimana ia tidur. Namun, saat melihat HP di dekatnya, ia langsung beranjak bangun.
“hah sudah pagi. Aku ketiduran. Oh tidak tidak tidak, ” Dia mengambil HP dan membukanya. Dia menghela nafas “huuuuhhhh, tidak ada pesan sama sekali. ” Kekecewaan itu tampak mencuat diwajahnya yang masih kusam. Entah pesan dari siapa yang ia tunggu, hingga membuat matahari pagipun tak mampu menghibur kekecewaannya itu. Dia hanya meletakkan kembali HP itu dan bergegas mandi untuk menyegarkan kembali wajahnya yang tampak lesu.
Sepanjang jalan ke sekolah, dia hanya menunduk. Sesekali ia tersenyum menyapa orang yang menyapanya. “Selamat Pagi Vita” sapa orang-orang itu. Dia berharap orang-orang mengabaikannya, dan membiarkannya seolah hidup dalam dunianya sendiri. Bahkan sampai di halte bus, ia melewatkan 2 bus karena hanya menunduk dan melamun. Untung dia tersadar saat datang bus yang ketiga.
Sampai di sekolah, ia terlambat. Mendapat hukuman? Sudah pasti. Dan hukumannya adalah membersihkan halaman kantor guru. Selesai menjalani hukuman, dia bergegas masuk kelas. Dia mengikuti pelajaran tidak seperti biasa. Teman-teman sekelasnya keheranan melihat tingkah dia pagi itu. Saat istirahat tiba, Vita bak seorang narasumber sebuah berita heboh yang dihampiri ribuan wartawan yang siap melemparinya dengan berbagai macam pertanyaan.
“Vit, kamu sakit?” Tanya Icha.
“Enggak.” Jawab Vita singkat.
“Ada masalah ?” Tanya Amel
“Enggak juga”
“terus kenapa?” Tanya Sofie
“ya enggak papa. Emangnya kenapa?”
“hari ini kamu aneh banget. Nglamun terus.”
“perasaan, aku baik-baik aja.” Jawab Vita sambil tersenyum kepada tiga temannya itu.  “yuk ke kantin”
“yaudah , ayoo” sahut tiga temannya.
Hari itu kantin terasa sesak. Hampir semua meja sudah dipakai. Hanya ada satu meja dengan 4 kursi yang kosong. Itupun sudah ada satu anak yang duduk di sana. Seorang anak laki-laki dengan gaya rambut mow hack dan jam tangan hitam melingkar di tangannya. Sofie pun mengajak mereka untuk duduk di dekat anak itu.
“Permisi, boleh kita duduk di sini?” Tanya Sofie dengan nada centilnya.” soalnya meja yang lain sudah penuh”
“oh boleh boleh. silahkan” jawab anak itu.
“Reza?” sahut Amel yang ternyata sudah kenal dengan anak itu.
“eh ada Amel juga ternyata. Iya Mel, duduk saja” jawab Reza.
“kamu kenal Mel?” Tanya Icha.
“Kenal lah, kan kita satu sekolah” jawab Amel meringis.
“Iya tau Mel. Tapi kan nggak mungkin juga kita kenal semua murid di sekolah ini. Coba bayangin, kelas XI aja sampai kelas I. Belum lagi kelas X dan XII. Siapa yang bisa hafal semua murid.” Jawab Icha kesal.
“hahaha iya Cha. Bercanda Cha. Gitu aja baper. Reza ini temenku pas SMP dulu. Hehe iya kan Za?” ucap Amel.
“Iya. Aku Reza teman SMP nya Amel. Salam kenal” jawab Reza sembari tersenyum pada Icha, Sofie, dan Vita. Senyum itu membuat matanya yang kecil terlihat semakin sipit.
“oh iya. Kenalin aku Sofie.” Sambil mengulurkan tangannya ke Reza.
“iya. Hai Sofie, salam kenal.” Jawab Reza sambil menyambut tangan Sofie.
“hmmm dasar Sofie. ow iya Za, kenalin juga, ini Icha dan yang ini Vita.” Sahut Amel
“Hai” sapa Vita dan Icha.
“ngomong-ngomong kamu kelas apa?” Tanya Icha.
“kelas XIG.” Jawab Reza.
Mereka berbicara banyak selama istirahat. Terlihat tawa lepas di wajah mereka. Tak terkecuali Vita. Dia yang tadinya kesal jadi berubah ceria kembali. Sahabat memang obat terbaik. Selesai makan mereka kembali ke kelas masing-masing, kecuali Vita. Vita mampir ke Perpustakaan untuk meminjam buku bacaan baru. Dia sangat senang membaca. Tidak heran jika dia menjadi salah satu siswa pandai di kelasnya. Dalam perjalanannya ke perpustakaan datanglah Reza yang berjalan di sampingnya.
“Hai Vit, Ketemu lagi. Mau kemana?” Sapa Reza.
“eh hai Za. Aku mau ke perpustakaan. Kamu sendiri?” Tanya Vita.
“oh. Aku mau ke kelas. Oh iya, happy birthday ya.” Ucap Reza.
Vita yang tadinya berjalan cepat menuju perpustakaan mulai memperlambat langkahnya. Ia berhenti dan menatap Reza dengan wajah polos dan bingung. “Ini Reza. Anak yang baru saja dia kenal di kantin. Dan sekarang dia memberi ucapan selamat Ulang Tahun untuk Vita. Ini pasti salah paham.” Pikir Vita sambil mencari alasan yang dapat dinalar akalnya.
“Vit, kamu baik-baik saja kan? Kok bengong?” Tanya Reza.
“Haahh iya aku baik2 saja kok. Seharusnya aku yang tanya Za. Kamu sedang baik-baik saja kan? Kamu tidak sedang salah memberi ucapan?” Tanya Vita penasaran.
“hahaha tenang saja. Aku sehat kok. Memangnya di sini ada anak lain Vit? Kan hanya kamu yang ada disini. Jadi ya tidak salah orang. Atau jangan2 hari ulang tahunmu sudah ganti Vit. Hehehehe”  jawab Reza mencairkan suasana.
“ya bukan begitu. Tapi ngomong-ngomong bagaimana kamu tahu kalau hari ini ulang tahun ku? Kita kan baru saja ketemu tadi??? Ohh atau kamu tahunya dari Amel?”
“ mmmm iya aku tahu dari Amel Vit. Hehehe”
“kapan?”
“tadi aku mendengar mereka membicarakan soal ulang tahun kamu Vit” jawab Reza
“owwhhhh begitu.. iya makasih Za. Tapi kok Amel dan yang lainnya tidak memberi ucapan ke aku ya?” gumam Vita.
“mungkin mereka sedang menyiapkan surprise untuk kamu Vit.”
“ya mungkin saja.. bisa jadi. Oh iya, aku duluan ya Za. Sebentar lagi waktu istirahatnya habis, aku pergi ke perpustakaan dulu. Nanti keburu masuk kelas.”
“iya Vit, oke.”
Dan sesuai prediksi Reza, sore itu teman-teman Vita mengadakan pesta kecil di Cafe tempat mereka biasa nongkrong. Di cafe itu mereka menyiapkan satu kue rasa coklat kesukaan Vita dan beberapa hadiah yang dibungkus kertas bernuansa merah muda. Hadiah yang mereka siapkan benar-benar barang yang Vita inginkan. Mulai dari DVD Drama Korea, Novel, VCD dan sepatu, semuanya adalah apa yang Vita suka. Vita merasa terharu atas apa yang sahabat-sahabatnya lakukan. Ternyata mereka ingat dan bahkan telah mempersiapkan semuannya dengan baik.
“terima kasih banyak yaaa... kalian benar-benar yang terbaik. Aku kira kalian lupa. Tapi ternyata kaliah sudah menyiapkan ini semua untuk aku.” Ucap Vita sembari memeluk sahabat-sahabatnya.
“ iya Vit, sama-sama. Ya ampun, mana mungkin kita lupa.. ya enggak lah.” jawab Icha
“owh iya, ngomong-ngomong Reza juga tahu rencana kalian?” Tanya Vita.
“Reza? Temannya Amel? Engggak sih kayaknya Vit.”
“atau mungkin kalian keceplosan ngomong gitu di sekolah tadi?” tambah Vita.
“mungkin saja. Tapi sepertinya kita tadi selalu sama kamu Vit. Jadi kalo kita keceplosan ya gagal dong rencana kita.” Hehehe jawab Sofie.
“Memangnya kenapa Vit?” Tanya Amel
“emmm gak papa kok. Yaudah ayo kita makan kue nya.” kata Vita sambil mengambil sepotong kue ulang tahunnya.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)