BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mengkaji filsafat Islam tidak semudah
membalikkan telapak tangan.Ia sarat dengan muatan teologis dan historis.Secara
historis,tarik menarik kepentingan bahwa orisinalitas filsafat itu berasal dari
Yunani atau Islam adalah fakta yang tak bisa dihindari.Begitu pula,dalam
tataran teologis,penerimaan filsafat kerap berbenturan antara pandangan
keimanan dan pemikiran liberal filsafat.
Melihat permasalahan diatas tentu dibutuhkan pengetahuan mendalam untuk mengetahui sejarah filsafat Islam yang tak bisa lepas dari filsuf-filsufnya.Berangkat dari permasalahan diatas penulis bermaksud memberikan sedikit pengetahuan tentang filsuf Islam yaitu Al-Kindi begitu juga dengan pemikirannya.
Melihat permasalahan diatas tentu dibutuhkan pengetahuan mendalam untuk mengetahui sejarah filsafat Islam yang tak bisa lepas dari filsuf-filsufnya.Berangkat dari permasalahan diatas penulis bermaksud memberikan sedikit pengetahuan tentang filsuf Islam yaitu Al-Kindi begitu juga dengan pemikirannya.
B.Rumusan Masalah
1. Siapakah
sebenarnya Al-Kindi?
2. Apa
saja karya-karya Al-Kindi?
3. Bagaimana
pemikiran-pemikiran Al-Kindi?
C.Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui
biografi Al-Kindi.
2. Mengetahui
karya-karya Al-Kindi.
3. Mengetahui
pemikiran-pemikiran Al-Kindi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Biografi Al-Kindi
Al-Kindi (185 H/801M-260H/873M) adalah
filsuf yang pertama muncul di Islam.Dalam buku History of Muslim Philosopy;Al-Kindi
disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”.[1]Ia
adalah keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah,suku bangsa yang dimana
sebelum Islam bermukim di Arab Selatan.
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf
Ya`qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin `Imran
bin Isma`il bin Al Asy`ats bin Qays Al-Kindi.[2]Ia
dilahirkan di Kuffah tahun 185H(801M).Ayahnya,Ishaq Ash-Shabbah,adalah Gubernur
Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun dari Bani `Abbas.Ayahnya
meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir.Dengan demikian Al-Kindi
dibesarkan dalam keadaan yatim.Namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk
menunutut ilmu dengan baik di Bashrah dan Baghdad dimana dia dapat bergaul
dengan ahli pikir terkenal.
Al-Kindi hidup semasa pemerintahan Daulah
Abbasiyah (Al-Amin,809-813 M;Al-Ma`mun,813-833 M;Al-Mu`tashim,833-842
M;Al-Watsiq 842-847;dan Al-Mutawakkil,847-861M),suatu masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah dan berkembangnya intelektual,khususnya faham Mu`tazilah.[3]Ia
diundang oleh Khalifah Al-Ma`mun untuk mengajar pada Bait al-Hikmah dan mengasuh Ahmad,putera Khalifah
Al-Mu`tashim.Melalui lembaga Bait
al-Hikmah,ia sangat dikenal dan berjasa dalam gerakan penterjemahan dan
seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani,Suriah,dan India
kepada dunia Islam.Dalam buku Thabaqat
al-Athibba (golongan dokter) karya Ibn Juljul,bahwa penerjemah yang mahir
dalam Islam ada lima orang:Hunain ibn Ishaq,Ya`qub bin Ishaq,Al-Kindi,Tsabit
ibn Qurrah,dan Umar ibn Farkhan al-Thabari.Namun itu tidak berarti bahwa
Al-Kindi hanya ahli dalam bidang penerjemahan,karena ia juga menjelaskan dan
menyingkap berbagai permasalahan yang sulit dipahami.Hal itu dimungkinkan
karena Al-Kindi banyak menguasai ilmu yang berkembang pada waktu itu di Kufah
dan Baghdad,seperti kedokteran,filsafat,semantik,geometri,aljabar,ilmu
Talak,astronomi,bahkan ia berkemampuan mengubah lagu.Jadi tidak heran kalau
banyak istilah-istilah yang dikembangkan Al-Kindi mendapat perhatian filsuf
sesudahnya dan sampai saat ini masih dipergunakan,sebagai contoh “jirm”(tubuh),oleh Al-Kindi dirubah
menjadi jism,istilah “thinah”(materi) menjadi maddah,dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Al-Kindi yang juga dijuluki sebagai
filosof Arab karena ia satu-satunya murni berdarah Arab,memperoleh penghargaan
yang tinggi dari Khalifah Al-Mu`tasim(pemerintah):218-223H/833-838M[4],tapi
juga pernah mengalami perlakuan yang buruk dari pihak-pihak yang iri kepadanya
atau benci kepada falsafat,pada masa-masa sesudah Khalifah Mutawakkil pada
234H/849M berpihak kepada ulama hadis dan membatalkan paham Mu`tazilah sebagai
paham resmi negara.
Nasib sial dialami Al-Kindi saat ideologi
pemerintahan berubah.Al-Mutawakkil sebagai pengganti Al-Mu`tashim.Ia menjadi
sasaran intrik dan fitnah dari lawan-lawan politik sekaligus lawan ideologis.Ia
dihukum dan perpustakaan pribadinya disita kemudian dijadikan milik
Al-Mutawakkil.
Tentang kapan Al-Kindi meninggal tidak
ada suatu keterangan pun yang pasti.Agaknya menentukan tahun wafatnya sama
sulitnya dengan menentukan tahun kelahirannya dan siapa-siapa saja guru yang
mendidiknya.Mustafa `Abd Al-Raziq cenderung mengatakan tahun wafatnya adalah
252H,sedangkan Massignon menunjuk tahun
260H,suatu pendapat yang juga diyakini oleh Hendry Corbin dan
Nellino.Sementara itu,Yaqut Al-Himawi mengatakan bahwa Al-Kindi wafat sesudah
berusia 80 tahun atau lebih sedikit.[5]
Perjalanan intelektual yang mengantarkan
Al-Kindi menjadi ulama besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan dua kota besar
pada saat itu,yaitu Kufah dan
Basrah.Kedua kota tersebut pada abad ke-2 H/ke-8 M dan ke-3 H/ke-9 M,merupakan
dua pusat kebudayaan Islam yang bersaingan.Kufah lebih cenderung pada
studi-studi aqliah;dimana Al-Kindi melewatkan masa kanak-kanaknya.Dia menghapal
Al-Qur`an,mempelajari tata bahasa Arab,kesusastraan dan ilmu hitung,yang
kesemuanya itu merupakan kurikulum bagi semua anak muslim.Ia kemudian
mempelajari fiqh dan disiplin ilmu baru yang disebut kalam.Akan tetapi,
tampaknya ia lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat,terutama setelah
ia pindah ke Baghdad.Pengetahuan ilmu filsafat Yunani bisa diperoleh dengan
menguasai dua bahasa yunani dan Syiria sebab banyak karya Yunani diterjemahkan
dengan dua bahasa tersebut.Al-Kindi mempelajari bahasa Yunani,tetapi ia
menguasai bahasa Syiria dalam menerjemahkan beberapa karya klasik.Ia juga memperbaiki
beberapa terjemahan bahasa Arab,seperti terjemahan Enneads-nya Plotinus oleh Al-Himsi,yang samppai kepada orang-orang
Arab sebagai salah satu karya Aristoteles.[6]Al-Qifti,sang
penulis biografi,mengatakan bahwa”Al-Kindi menerjemahkan banyak buku filsafat,menjelaskan
hal-hal yang pelik,dan membuat intisari teori-teori canggih filsafat”.[7]
Bila menilik pada masa Al-Kindi
berinteraksi dengan pemerintahan Al-Ma`mun,Al-Mu`tasim,tak heran ,menurut Harun
Nasution,[8]kalau
Al-Kindi menganut aliran Mutazilah yang mengedepankan rasio dan filsafat dalam
pemahaman keislamannya.Disamping itu,zaman Al-Kindi adalah zaman penerjemahan
buku-buku Yunani yang memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir Al-Kindi
dimana ia turut aktif dalam kegiatan terjemahan.
Kisah lain tentang Al-Kindi digambarkan
dalam karikatur Al-Jahiz dalam Kitab
Al-Bukhala.Betapapun Al-Kindi hidup mewah disebuah rumah,yang didalam kebun
rumahnya ia memelihara banyak binatang langka,ia hidup menjauh dari masyarakat
bahkan dari tetangga-tetangganya.Sebuah kisah menarik oleh Al-Qifti memaparkan
bahwa Al-Kindi bertetangga dengan seorang saudagar kaya,yang tak pernah tahu
bahwa Al-Kindi adalah seorang tabib ahli.Ketika anak sang saudagar tiba-tiba
lumpuh dan tak seorang tabib pun di Baghdad yang mampu menyembuhkannya,seorang
memberi tahu sang saudagar bahwa ia bertetangga dengan filsuf cemerlang,yang
amat pandai mengobati penyakit seperti itu.Al-Kindi mengobati anak yang sakit
lumpuh itu dengan musik.[9]
Dari kisah tersebut ada hal yang menarik
yang dihubungkan dengan Al-Kindi yaitu kisah kepiawaiannya tentang
musik.Menurutnya,rasa seni bukan hanya dimiliki oleh manusia,tetapi juga
hewan.Bila seruling ditiup dengan baik maka hewan seperti ular dan buaya akan
keluar dari tempat persembunyiannya dan ikut mengikuti irama seni
tersebut.Begitu pula para penggembala dengan suara terompetnya yang khas akan
dapat memanggil dan mengumpulkan hewan gembalanya,seperti sapi,kambing,dan
lainnya.Maka dengan musik itulah ia berhasil mengobati anak tetangganya yang
lumpuh tersebut.Ia pernah menulis dan membentangkan undang-undang “Musical Sound” dan seni musik yang
berpengaruh sampai ke Eropa.[10]
Betapa pun juga Al-Kindi sudah
dinobatkan sebagai filsuf muslim berkebangsaan Arab yang pertama,ia layak
disejajarkan dengan filsuf-filsuf muslim non-Arab.Sumbangan Al-Kindi yang
sangat berharga dalam dunia filsafat Islam ialah usahanya untuk membuka jalan
dan menjawab rasa enggan dari umat Islam lainnya untuk menerima ilmu filsafat
ini,yang terasa asing dimasa itu.
B.Karya-karya Al-Kindi
Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya
berupa makalah-makalah tetapi jumlahnya amat banyak,Ibn Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist,menyebutkan lebih dari 230
buah.[11]Bahkan
ahli tentang Al-Kindi,George N.Atiyeh menghitung sekaligus menyebutkan karya-karya
tersebut berjumlah 270 buah.[12]Dalam
bidang filsafat,karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof.Abu Ridah (1950)
dengan judul Rasail al-Kindi al-Falasifah
(Makalah-makalah Filsafat Al-Kindi) yang mencakup 29 makalah.Ahmad Fuad
al-Ahwani juga pernah menerbitkan Kitab
al-Kindi Ila al-Mu`thasim Billah fi al-Falsafat al-Ula (Surat al-Kindi
kepada al-Mu`tashim Billah Tentang FilsafatPertama).[13]
Akan tetapi,amat disayangkan kebanyakan
karya tulisnya telah hilang sehingga sulit menjelaslkan berapa jumlah karya
tulisnya.Informasi akhir-akhir ini merupakan suatu kegembiraan bahwa sebagian
dari risalah Al-Kindi yang hilang tersebut ditemukan kembali.Sebuah ikhtisar
yang berisi 25 risalah Al-Kindi ditemukan oleh Ritter di Istambul,sementara
beberapa risalah pendeknya yang lain ditemukan di Aleppo.[14]Risalah-risalah
itu oleh Ibn Nadim dikelompokkan dalam17kelompok,yaitu1.Filsafat,2.Logika,3.IlmuHitung,4.Globular,5.Musik,6.
Astronomi,7.geometri,8.Sperikal,9.Medis,10.Astrologi,11.Dialektika,12.Psikologi,13.Politik,14.Meteorologi,15.Dimensi,
16.Benda -benda pertama,17.Spesies tertentu logam dan kimia.[15]Pada
abad-abad yang lalu para sarjana mempelajarinya hanya berdasarkan sejumlah
risalahnya dalam terjemahan Latin abad-abad pertengahan.Dalam setengah abad
terakhir ini peta pikiran Al-Kindi tampak lebih terang daripada masa-masa
sebelumnya berkat penemuan 25 buah risalahnya yang kemudian diedit dan
diterbitkan dalam dua jilid (jilid pertama pada tahun 1950 dan jilid kedua pada
tahun 1953) di Kairo,dengan judul Rasa`il
al Kindi al Falsafiyyah.[16]
Namun
juga ada pendapat lain misalnya dalam tulisan Ahmad Hanafi,jumlah karangan
Al-Kindi sebenarnya sukar ditentukan karena dua sebab.[17]Pertama,penulis-penulis biografi tidak
sepakat penuturannya tentang jumlah karangannya sebagaimana dijelaskan
diatas.Ibn Nadim dan Al-Qafthi menyebutkan 238 risalah (karangan pendek) dan
Sha`id Al Andalusi menyebutnya 50 buah,sedangkan sebagian dari karangan
tersebut telah hilang musnah.Kedua,diantara
karangannya yang sampai kepada kita,ada yang memuat karangan-karangan lain.Isi karangan-karangan
tersebut bermacam-macam,antara lain filsafat,logika,aritmatika dan
lain-lain.Al-Kindi tidak banyak membicarakan persoalan-persoalan filsafat yang
rumit dan yang telah dibahas sebelumnya,tetapi ia lebih tertarik dengan
definisi-definisi dan penjelasan kata-kata,dan lebih mengutamakan ketelitian
pemakaian kata-kata daripada menyelami problema filsafat.Pada
umumnya,karangan-karangan Al-Kindi berbentuk ringkas dan tidak mendalam.
Dalam bidang filsafat karya Al-Kindi
diantaranya sebagai berikut:[18]
a) Kitab Al Kindi
ila Al-Mu`tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang
filsafat pertama).
b) Kitab
al-Falsafah al-Dakhliat wa al-Masa`il al-Manthiqiyah wa al-Muqtashah wa ma Fawq
al-Thabi`iyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan
masalah-maslah logika dan muskil,serta metafisika)
c) Kitab fi Annahu
la Tanalu al-Falsafah illa bi `Ilm al-Riyadhiyyah
(tentang filsafat tidak bisa dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan
matematika).
d) Kitab fi Qashd
Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles
dalam kategori-kategorinya).
e) Kitab fi
Ma`iyyah al-`Ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu
pengetahuan dan klasifikasinya).
f) Risalah fi Hudud
al-Asyya` wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda dan
uraiannya).
g) Risalah fi
Annahu Juwahir la Ajsam (tentang substansi-substansi tanpa
badan).
h) Kitab fi Ibrah
al-Jawawi al-Fikriyah (tentang ungkapan-ungkapan mengenai
ide-ide komprehensif).
i)
Risalah
al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tulisan
filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual).
j)
Risalah
fi al-Ibanah an al-`Illat al Fa`ilat al-qaribah li al-Kawn wa al-Fasad (tentang
penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusakan).
Diantara karyanya yang paling populer
ialah mengenai sejarah para penguasa dan qadhi di Mesir.Bagian awal Kitab Al-Wulat wa Al-Qudhat mencatat
biografi para penguasa Mesir dan panglima perang.Catatn ini diselingi dengan
uraian mengenai kondisi domestik maupun internasional Mesir.Ia menulis sejarah
Mesir hingga wafatnya Al-Ikhsyid tahun 335 H/946 M.Catatan ini diteruskan oleh
sejarawan anonim hingga berdirinya dinasti Fathimiyah tahun 362 H/972
M.Al-Kindi menambahi catatan biografi qadhi Mesir sampai kepemimpinan qadhi
Bakar tahun 246 H/861 M.Ahmad bin Abdurrahman bin Barad menambahi catatan karya
ini hingga sejarah tahun 366 H/977 M.Lalu dilanjutkan oleh penulis anonim
hingga catatan tahun 347-424 H/959-1033 M.[19]
Ditilik dari sejarah peradilan,karya ini
terbilang sangat penting karena mencatat berbagai keputusan penting yang ditetapkan
para qadhi.Pada tahun 1908 M R.Gottheil mempublikasikan karya ini dibawah judul
The History of Egyptian Qadhis.Selain
menerbitkan karya Al-Kindi,publikasi R.Gottheil juga mencantumkan suplemen yang
diambil dari karya Ibn Hajar Al-`Asqalani
Raf`u al-Ishr`an Qudhat Al-Mishr.[20]
Buku-buku
filsafat karangan Al-Kindi yang lainnya adalah “De Aspectibus”dan “De
Medicanirum Compositarum Gradibus”(terjemahan dalam bahasa latin.[21]
Al-Kindi
telah menulis filsafatnya yang pertama untuk Khalifah Al-Mu`tasim.Pada permulaan
buku itu Al-Kindi memberikan definisi filsafat sebagai berikut: “Filsafat
teorinya tentang Tuhan adalah untuk mendapatkan kebenaran”.[22]
Dalam buku Filsafat-El-Ula,Al-Kindi
menerangkan dengan tegas antara perbedaan jiwa dan akal,ia menerangkan adanya
perasaan dan adanya akal.Perasaan,masuk pada bagian jiwa dan akal adalah
pikiran.Ia berkata :”Segala sesuatu yang diketahui oleh perasaan atau akal
adalah terdapat dalam dia sendiri,dalam pikiran kita oleh ujud biasa,sedangkan
dalam percakapan atau tulisan oleh ujud yang tidak terduga yang mempunyai gerak
dalam dirinya sendiri.”Yang dimaksud oleh Al-Kindi adalah bahwa pikiran itu
pergi dari satu bentuk kepada bentuk yang lain,dari kebiasaan yang berurat
dalam jiwa,kepada rasa senang dan sakit,seperti adanya marah,takut,gembira,dan
sedih.
Karangan-karangan Al-Kindi menegenai
filsafat menunjukkan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan
batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologiilmu
filsafat.Masalah-masalah Filsafat yang ia bahas mencakup
epistimologi,metafisika,dan sebagainya.Sebagaimana halnya para penganut aliran
Phytagoras,Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan matematika orang tidak bisa
berfilsafat dengan baik.
Dari karangan-karangannya dapat diketahui
bahwa Al-Kindi adalah penganut aliran Eklektisisme[23].Aliran
Ekleksitisme adalah suatu kepercayaan yang tidak mempergunakan ataupun
mengikuti metode apapun yang ada,meleinkan mengambil apa yang paling baik dari
metode-metode filsafat.Dalam metafisika dan kosmologi ia mengambil
pendapat-pendapat Aristoteles;dalm psikologi ia mengambil pendapat Plato;dalam
bidang etika ia mengambil pendapat Socrates dan Plato.Meskipun
demikian,kepribadian Al-Kindi sebagai filosof muslim tetap bertahan.
Karena sebagian besar karangannya telah
hilang, sukar sekali untuk memberikan penilaian yang tepat terhadap buah
pikirannya.Sekalipun demikian,hal ini tidak mengurangi penghargaan terhadaapnya
sebagai seorang filsuf yang pertama-tama memberikan ulasan dan kritiknya
terhadap buku-buku filsafat dari masa-masa sebelumnya.
Gambaran karya Al-Kindi menunjukkan
betapa luas pengetahuan Al-Kindi.Beberapa karya ilmiahnya tetap diterjemahkan
oleh Geran dari Cremona ke dalam bahasa Latin,dan karya-karya itu sangat
mempengaruhi pemikiran Eropa pada abad pertengahan.cardam menganggap Al-Kindi
sebagai salah satu dari dua belas pemikir terbesar.Sarjana-sarjan yang
mempelajari Al-Kindi,sampai risalah-risalah Al-Kindi yang berbahasa Arab
ditemukan dan disunting semata-mata berdasarkan terjemahan bahasa Latin.
Sebagai seorang pelopor yang dengan sadar
berusaha mempertemukan agama dengan filsaft Yunani,Al-Kindi mengatakan bahwa
filsafat adalah semulia-mulia ilmu dan yang tertinggi martabatnya,dan filsafat
menjadi kewajiban setiap ahli pikir (ulul albab) untuk memiliki filsaft
itu.pernyataan ini terutam tertuju kepada ahli-ahli agama yang mengingkari
filsafat dengan dalih sebagai ilmu syirik,jalan menuju kekafiran dari
agama.Al-Kindi sendiri sebagai filosof muslim tidak kehilangan kepribadiannya
berhadapan dengan pendapat filosof yang dianutnya.misalnya dalam membicarakan
masalah kejadian alam,Al-Kindi tetap tidak sependapat denagn Aristoteles yang
mengatakan bahwa alam itu abadi.ia tetap berpegang pada keyakinannya bahwa alam
adalah ciptaan Allah,diciptakan dari tiada dan akan berakhir menjadi tiada
pula.
Dengan demikian,bagi Al-Kindi,berfilsafat
tidaklah berakibat mengaburkan dan mengorbankan keyakinan agama,seperti yang
sering dituduhkan orang kepadanya.Filsafat sejalan dan dapat mengabdi kepada
agama.[24]
C.Pemikiran-pemikiran Al-Kindi
Al-Kindi disamping ahli dalam Ilmu Agama,
juga ahli Ilmu Kedokteran, filsafat,matematika, logika, geometri, aritmatika,
fisiologi, dan astronomi.Adapun pokok-pokok pemikiran Al-Kindi sebagai berikut:
1. Tentang
Filsafat
Al-Kindi menyajikan banyak definisi filsafat tanpa
menyatakan bahwa definisi mana yang menjadi miliknya.Yang disajikan adalah
definisi-definisi dari filsafat terdahulu, itu pun tanpa menegaskan dari siapa
diperolehnya.Mungkin dengan menyebut berbagai macam definisi itu dimaksudkan
bahwa penegertian yang sebenarnya tercakup dalam semua definisi yang ada, tidak
hanya pada slah satunya.Definisi tersebut diantaranya sebagai berikut:[25]
·
Filsafat adalah
pengetahuan dari segala pengetahuan dan kebijaksanaan dari segala
kebijaksanaan.Definisi ini bertitik tolak dari segi kuasa.
·
Filsafat terdiri
dari gabungan dua kata, philo, sahabat, dan sophia, kebijaksanaan.Filsafat
adalah cinta kepada kebijaksanaan.Definisi ini berdasar atas etimologi Yunani
dari kata-kata itu.
·
Filsafat adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh (umum),
baik esensinya maupun kausa-kausanya.Definisi ini menitik beratkan dari sudut
pandang materinya.
Dari
beberapa definisi yang amat beragam di atas, tampaknya Al-Kindi menjatuhkakn
pilihannya pada definisi terakhir dengan menambahkan suatu cita filsafat, yaitu
sebagai upay mengamalkan nilai keutamaan.
Al-Kindi
menegaskan juga bahwa filsaft yang paling tinggi tngkatannya adalah filsafat
yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama , kausa daripada semua
kebenaran, yaitu filsafat pertama.Filosof yang sempurna dan sejati adalah yang
memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini.
Tujuan
filsafat adalah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, filsafat
menggunakan akal.Filsafat yang paling tinggi dan yang paling mulia adalah
metafisika, yaitu mengetahui kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala
kebenaran.Maha satu yang maha benar ialah yang pertama, yang mencipta dan menguasai semua yang
diciptakan-Nya.[26]
2. Tentang
Metafisika
Sebagaiman
telah dijelaskan sebelumnya Al-Kindi mengatakan bahwa filsafat yang tertinggi
martabatnya adalah filsafat pertama yamg membicarakan tentang Causa
Prima.Filsafat metafisika Al-Kindi ditulis dalam beberapa makalahnya ,khususnya
dalam dua makalah, yaitu tentang Filsafat Pertama dan tentang Ke-Esaan Tuhan
dan Berakhirnya Alam.Dalam dua makalah
ini Al-Kindi membahasa dengan panjang lebar tentang hakikat Tuhan dan sifat-sifat Tuhan.[27]
Tentang
hakikat Tuhan, Al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah Wujud Yang Haq
(sebenarnya) yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah tiada
selama-lamanya,yang ada sejak awal dan akan senantiasa ada selama-lamanya.Tuhan
adalah Wujud Sempurna yang tidak pernah didahului wujud yang lain,dan wujud-Nya
akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain melainkan dengan perantara-Nya.
Menurut
Al-Kindi semua yang ada ini diciptakan Tuhan dan Tuhan di atas ketentuan hukum
alam.Alam bukan qadim (kekal di zaman lampau), tetapi mempunyai permulaan.[28]
3. Tentang
Pengetahuan
Al-Kindi
menyebutkan adanya tiga macam pengetahuan manusia, yaitu; pengetahuan indrawi,
pengetahuan yang diperoleh dengan jalan menggunnkan akal yang disebut
pengetahuan rasional, dan pengetahaun yang diperoleh langsung dari Tuhan yang
disebut pengetahuan isyraqi atau iluminatif.[29]
·
Pengetahuan
Indrawi
Pengetahuan indrawi terjadi secara
langsung ketika orang mengamati terhadap obyek-obyek material, kemudian dalam
proses tanpa tenggang waktu dan tanpa berupaya berpindah keimajinasi
(musyawirrah), diteruskan ketempat penampungannya yang disebut
hafizhah(recollection).Pengetahuan yang diperoleh lewat jalan ini tidak
tetap;karena obyek yang diamati pun tidak tetap, selalu dalam keadaan menjadi
beruabh setiap saat,bergerak, berlebih berkurang kuantitasnya, dan berubah-ubah
pula kualitasnya.
Pengetahuan indrawi ini tidak
memberi gambaran tentang hakikat sesuatu realitas.Pengrtahuan indrawi selalu
berwatak dan bersifat parsial (juz`iy).Pengetahuan indrawi amat dekat kepada
gambaran tentang alam pada hakikatnya.
·
Pengetahuan
Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang
diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, dan
bersifat immaterial.Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi genus dan
spesies.Orang mengamati manusia sebagai yang berbadan tegak dengan dua kai,
pendek, jangkung, berkulit putih atau berwarna, yang semua itu akan
menghasilkan pengetahuan indrawi.Tetapi orang yang mengamati manusia,
menyelidiki hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia adalah
makhluk berpikir (rational animal=hayawan nathiq), telah memperoleh pengetahuan
rasional yang abstrak universal, mencakup semua individu manusia.Manusia yang
telah ditajrid (dipisahkan) dari yang indrawi tidak mempunyai gambar yang
terlukis dalam persaan.
Al Kindi memperingatkan agar orang
tidak mengacaukan metode yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan, karena
setiap ilmu mempunyai metodenya sendiri yang sesuai dengan wataknya.Watak
ilmulah yang menentukan metodenya.Adalah suatu kesalahan jika kita menggunakan
suatu metode suatu ilmu untuk mendekati limu lain yang mempunyai metodenya
sendiri.Adalah suatu kesalahan jika kita menggunakan metode ilmu alam untuk
matematika,atau menggunakan metode ilmu alam untuk metafisika.
·
Pangetahuan
Isyraqi
Al-Kindi mengatakan bahwa
pengetahuan indrawi saja tidak akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang
hakikat-hakikat.Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang genus
dan spesies.Banyak filosof yang membatasi jalan memperoleh pengetahuan pada dua
macam jalan ini.Al-Kindi sebagaimana halnya banyak filosof isyraqi,mengingatkan
adanya jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi (iluminasi)
yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran Nur Illahi.Puncak dari
jalan ini ialah yang diperoleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang
berasal dari wahyu kepada umat manusia.Para Nabi memperoleh pengetahuan yang
berasal dari wahyu Tuhan tanpa upaya , tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperolehnya.Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan
semata-mata.Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan
jalan wahyu.
4. Tentang
Kenabian
Al-Kindi
berpendapat bahwa yang telah dicapai oleh para Nabi adalah derajat yang tertinggi yang dapat dicapai oleh
manusia.Sedangkan Nabi dapat mencapai yang begitutentang pengetahuan alam gaib
dan ke-Tuhanan melalui jalan intuisi (wahyu) di atas kesanggupan manusia biasa.[30]
5. Tentang
Etika
Al-Kindi
berpendapat bahwa keutamaan manusiawi tidak lain adalah budi pekerti manusia
yang terpuji.Keutamaan-keutamaan ini kemudian dibagi menjadi tiga
bagian.Pertama merupakan asas dalam jiwa, tetapi bukan asas yang negatif, yaitu
pengetahaun dan perbuatan (ilmu dan amal).Bagian ini dibagi menjadi tiga pula,
yaitu kebijaksanaan (hikmah), keberanian (sajaah), dan kesucian (`iffah).Kedua,
keutamaan-keutamaan manusia tidak terdapat dalam jiwa, tetapi merupakan hasil
dan buah dari tiga macam keutamaan tersebut.Dan ketiga, hasil keadaan lurus
tiga macam keutamaan itu tercermin dalam keadilan.Penistaan yang merupakan
padanannya adalah penganiayaan.[31]
Dari
uraian tersebut dapat diperoleh konklusi bahwa keutamaan manusiawi terdapat
dalam sifat-sifat kejiwaan dan dalam buah yang dihasilkan oleh sifat-sifat
tersebut.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan:
1)
Al-Kindi (185
H/801M-260H/873M) adalah filsuf yang pertama muncul di Islam.Dalam buku History
of Muslim Philosopy;Al-Kindi disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”. Ia adalah
keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah,suku bangsa yang dimana sebelum Islam
bermukim di Arab Selatan.
2) Karya
ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah tetapi jumlahnya amat
banyak,Ibn Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist,menyebutkan
lebih dari 230 buah.Bahkan ahli tentang Al-Kindi,George N.Atiyeh menghitung
sekaligus menyebutkan karya-karya tersebut berjumlah 270 buah.Dalam bidang
filsafat,karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof.Abu Ridah (1950) dengan
judul Rasail al-Kindi al-Falasifah
(Makalah-makalah Filsafat Al-Kindi) yang mencakup 29 makalah.Ahmad Fuad
al-Ahwani juga pernah menerbitkan Kitab
al-Kindi Ila al-Mu`thasim Billah fi al-Falsafat al-Ula (Surat al-Kindi
kepada al-Mu`tashim Billah Tentang FilsafatPertama).
3)
Al-Kindi disamping
ahli dalam Ilmu Agama, juga ahli Ilmu Kedokteran, filsafat,matematika, logika,
geometri, aritmatika, fisiologi, dan astronomi.Adapun pokok-pokok pemikiran
Al-Kindi sebagai berikut:Tentang filsafat,Tentang Ketuhanan,Tentang
Pengetahuan,Tentang Kenabian,Tentang Etika.
DAFTAR PUSTAKA
Abd
Djaliel Maman, Filsafat Islam, Bandung:CV
Pustaka Setia, 1997.
Nasution
Harun, Filsafat Dan Mistisisme Dalam
Islam, Jakarta:PT Bulan Bintang, 1987.
Iswahyudi,
Pengantar Filsafat Islam, Ponorogo:STAIN
Po Press, 2011.
Nasution
Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta:Gaya
Media Pratama, 1999.
Supriyadi
Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung:CV
Pustaka Setia, 2009.
Dahlan
Abdul Aziz, Pemikiran Falsafi dalam Islam,
Jakarta:Djambatan, 2003.
Zar
Sirajuddin, Filsafat Islam, Jakarta:PT
Raja Grafindo, 2004.
Tamburaka
E Rustam, Pengantar Ilmu Sejarah ,Teori
Filsafat, Sejarah Filsafat, Dan Iptek,
Jakarta:PT Rineka Cipta,2002.
Waris,
Filsafat Umum, Ponorogo:STAIN Po
Press, 2009.
Abdul
Ghani Yusri, Historiogarfi Islam,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004.
bagus sekali makalahnya
ReplyDelete