Makalah Tentang Qunut
QUNUT
A. Latar
Belakang
Di
Indonesia, sepertinya banyak sekali yang mengenal istilah qunut dalam masalah
ibadah. Doa qunut yang sudah dianggap sebagai sebuah kewajiban sepertinya
selalu dilaksanakan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia karena mereka merasa
tanpa qunut subuh, maka tidak afdhal ibadah subuhnya.
Namun,
ada sebagian ummat Islam yang rupanya berang karena menganggap bahwa hal itu
adalah bid’ah yang sesat. Mereka mencela pelaku qunut sebagai ahlul bid’ah yang
menyesatkan.
Dalam
masalah khilafiyah atau perbedaan hasil ijtihad di kalangan ulama’ dengan dalil
dhanny adalah suatu yang wajar. Namun yang ironi bila masalah khilafiyah
dinilai bid’ah dan yang bid’ah dinilai khilafiyah, bahkan masalah wajib, sunnah
dan mubah juga dianggap bid’ah, seiring dengan munculnya ulama’ yang tidak
faqih, kelompok ahli bid’ah bertendensi pembaharuan, faham kerdil bertendensi
modenisasi, serta munculnya aliran-aliran sempalan yang berseberangan dengan
islam.
Makalah
ini mengajak kita untuk memahami hukum-hukum islam secara sempurna, profesional
dan tidak tendensial pada aliran atau sekte manapun. Sejumlah masalah yang
kerap kali diperselisihkan di kalangan ulama’ dan kini justru ada yang
menilainya bid’ah, diangkat dan dibahas secara profesional, obyektif dan mendalam.
Semua ini
dengan harapan agar masyarakat memahami masalah agama secara benar dan tidak
menjadikan suatu perbedaan pendapat sebagai jurang pemisah di antara sesama
muslim, selama perbedaan itu masih dalam koridor syari’at islam.
B. Kisi – kisi
1.
Pengertian Qunut
2.
Macam – Macam Qunut
3.
Hukum Doa Qunut
4.
Pendapat Para Ulama
C.
PENGERTIAN
QUNUT
Qunut pada lughat, bermakna: do’a, berdiri dalam sembahyang, berdiam diri
dalam sembahyang. Doa Qunut ialah do’a yang dibaca waktu berdiri dalam
sembahyang. Al-Hafidh Al Iraqy menerangkan bahwa Qunut ada 10 macam maknanya:
Do’a- khusyu’- ibadah- tha’at- mengerjakan tha’at- mengakui diri hamba Allah-
diam dengan tekun dalam sembahyang- berdiam diri dalam sembahyang- lama berdiri
dalam sembahyang dan tetap dalam tha’at.[1]
Adapun
qunut menurut syara’ adalah berdiri lama membaca do’a qunut dalam shalat.
{Mu’jam Al-Wasith II/671}
Anas
bin Malik ra, berkata:
أنّه صلّى الله عليه وسلّم رفع يديه
فى القنوت. رواه البيهقى (سنن البيهقي ج 2 ص 211)
Qunut secara bahasa memiliki beberapa makna, diantaranya,
1. Tunduk dan taat
Allah
berfirman,
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
“Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan di bumi, semuanya
kunut (tunduk) kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah:
116).
2. Ibadah shalat
Allah berfirman,
يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ
وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Hai Maryam, lakukanlah kunut (shalatlah), sujudlah, dan rukuklah
bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran:
43)
3. Diam dan tenang
Allah berfirman,
وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Berdirilah
menghadap Allah (shalat) dengan tenang.” (QS.
Al-baqara: 238)
Zaid bin Arqam mengatakan, “Dulu kamu mengobrol ketika shalat,
sampai turun ayat ini, dan kami diperintahkan untuk diam, dan kami dilarang
bicara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Berdiri lama ketika shalat
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ طُولُ
الْقُنُوتِ
“Shalat yang paling utama adalah yang panjang qunutnya
(berdirinya)”. (HR. Muslim).
An-Nawawi mengatakan,
المراد بالقنوت هنا القيام باتفاق
العلماء فيما علمت
Yang dimaksud qunut adalah lama berdiri
ketika shalat berdasarkan sepakat ulama, yang saya ketahui. (Syarh Shahih
Muslim, 6/35)
D.
MACAM – MACAM
QUNUT
1. Qunut
Subuh
Qunut
subuh adalah membaca do’a qunut yang dianjurkan membacanya setelah bangun dari
ruku’ raka’at terakhir shalat subuh. Namun terdapat perbedaan diantara ulama’
tentang hukuma membaca do’a qunut dalam shalat subuh.
Ø Madzhab
Hanafi
Ulama’
madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya dianjurkan membaca do’a qunut pada
shalat witir saja dan tidak dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat subuh,
selain qunut nazilah dalam shalat jahriyah {bacaan keras}. Menurutnya, bila
imam membaca do’a qunut dan makmumnya memilih tidak qunut dalam shalat subuh,
sebaiknya makmum diam mendengarkan bacaan qunut imam. Pendapat ini menilai
bahwa qunut subuh telah ditinggalkan oleh Nabi SAW sesuai hadits Ibnu Mas’ud
ra, yang menerangkan bahwa Nabi SAW qunut selama satu bulan kemudian beliau
meninggalkannya.
شيبة والطحاوي (نصب الراية ج 2 ص 127)
Dari
Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: Bahwa Nabi SAW, membaca do’a qunut dalam shalat
subuh selama satu bulan kemudian beliau meninggalkannya. HR. Al-Bazzar,
Thabarani, Ibn Syaibah dan Thahawi. {Nasbu al-Rayah II/128}
Namun
yang dimaksud qunut yang ditinggalkan Nabi SAW adalah qunut nazilah, bukan
qunut subuh, sesuai pendapat yang rojih. Hadits lain yang juga mereka pakai
alasan bahwa qunut subuh telah di nasakh (hapus) adalah sejumlah hadits
berikut.
عن
مالك الآشجعى رضي الله عنه قال : أنّ أباه صلّى خلف رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
وأبى بكر وعمر وعثمان وعليّ، فلم يقنت واحد منهم. رواه أحمد والترمذي وصححه وابن
ماجة (نيل ألوطار ج 2 ص 133 والفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 810)
Dari
Malik al- Asyja’I ra ia berkata: Bahwa ayahnya shalat bermakmum dibelakang Nabi
Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra, tidak seorangpun diantara
mereka yang membaca qunut. HR. Ahmad dan Tirmidzi dan di tashih Ibnu Majah.
{Nailul Authar II/133 dan al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/810}
عن
أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبي صلّى الله عليه وسلّم قنت شهرا ثمّ
تركه . رواه أحمد (الفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 810 ونيل الأوطار ج 2 ص 123 )
Anas
ibn Malik ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW qunut selama satu bulan kemudian
beliau tinggalkan. HR. Ahmad {Al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/810 dan Nailul
Authar II/123}
عن
أنس رضي الله عنه قال: كان القنوت فى المغرب والفجر. رواه البخارى (الفقه الإسلامي
وأدلّته ج 1 ص 180 ونيل الأوطار ج 2 ص123)
Anas
bin Malik ra, ia berkata: Adalah qunut itu pada shalat maghrib dan shalat
subuh. HR. Bukhari. {al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/180 dan Nailul Authar
II/123}
Ø Madzhab
Maliky
Ulama’
madzhab Maliky berpendapat bahwa sunnah qunut pada shalat subuh dan makruh
membaca qunut selain qunut pada shalat subuh. Do’a qunut yang dipilih oleh Imam
Malik yaitu do’a qunut Ibnu Umar yaitu:
اللّهمّ
إنّا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك، ونؤمن بك ونتوكّل عليك، ونثنى عليك
الخير كلّه، نشكرك و نكفّرك ونخلع ونترك من يفجرك، اللّهمّ إيّاك نعبد ولك نصلّى
ونسجد وإليك نسعى ونحفد، نرجو رحمتك ونخشى عذابك، إنّ عذابك الجدّ بالكفّار ملحق.
Bacaan qunut tersebut berdasarkan
hadits dari Khalid Ibn Abi Imran ra.
عن
خالد بن أبى عمران رضي الله عنه قال : "بينما رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
يدعو على مضر، إذجاءه جبريل، فأومأ إليه أن اسكت فسكت، فقال : يا محمّد، إنّ الله
لم يبعثك سبّابا ولا لعّانا، وإنّما بعثك رحمة للعالمين، ليس لك من الأمر شيئ، ثمّ
علّمه القنوت : اللّهمّ إنّا نستعينك ..." أخرجه أبو داود فى المراسيل (نصب
الراية ج 2 ص 135)
Khalid
ibn Abu Imran ra, ia berkata: Pada saat Nabi SAW berdo’a untuk Mudhar,
tiba-tiba datang Malaikat Jibril,maka beliau memberi isyarah pada saya agar
diam, maka diam.Malaikat Jibril berkata: “Muhammad SAW, Allah SWT tidak
mengutusmu sebagai orang pencaci dan pelaknat, namun Allah mengutusmu sebagai
pembawa rahmat bagi alam semesta, tidak ada hak bagimu sedikitpun tentang hal
itu, kemudian diajarkan membaca do’a qunut “Allaahumma innaa nasta’iinuka....”
HR. Abu Dawud dalam al-Marasil. {Hadits ini shahih, lafadznya mauquf, tetapi
hukumnya marfu’. Diriwayatkan Abu Dawud dalam al-Marasil XIII/184. Al-Baihaqy
dalam as-Sunan al-Kubra II/210 dari jalan Abu Wahab dari Mu’awiyah bin Shalih
dari Abdul Qahir, dari Khalid bin Abi Imran dan lihat Nasbu al-Royah juz II/135
dan al-Fiqhu al-Islamy wa-adillatuhu I/811}
Para
sahabat sepakat atas do’a qunut tersebut, maka lebih baik membacanya. Boleh
memilih do’a qunut lainnya dan boleh pula menggabungkannya. {al-Fiqhu al-Islamy
wa-adillatuhu juz I hal. 811}
Ø Madzhab Syafi’i
Ulama’
madzhab syafi’i berpendapat bahwa sunnah membaca do’a qunut dalam shalat subuh yaitu
dilakukan setelah bangun dari ruku’ raka’at yang terakhir. Imam Syafi’i
berpendapat qunut subuh sunnah muakkadah karena Nabi SAW mengerjakannya setiap
shalat subuh sepanjang hayatnya. Maka bila lupa tidak qunut dianjurkan sujud
syahwi. {Mughni al-Muhtaj I/166. Al-Majmuk Syarh al-Muhadzab II/490.
Al-Muhadzab I/81. Hasyiyah al-Bajuriy I/168}
Do’a
yang dipilih Imam Syafi’i adalah do’a qunut yang masyhur yang biasa dibaca Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabatnya dalam shalat subuh dan witir yaitu:
اللّهمّ
اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت،
وقني شرّ ما قضيت، فإنّك تقضي ولا يقضى عليك، وإنّه لا يضلّ من واليت، ولا يعزّ من
عاديت، تباركت ربّنا وتعاليت، فلك الحمد على ما قضيت أستغفرك وأتوب إليك، وصلّى
الله على سيّدنا محمّد النبيّ الأميّ وعلى اله وصحبه وسلّم.
Terdapat
sejumlah dalil yang menerangkan dianjurkan membaca do’a qunut dalam shalat
subuh diantaranya adalah:
Nabi
SAW bila shalat subuh beliau mengangkat kedua tangan dan membaca do’a qunut
“Allaahummahdinii fiman hadait……”
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان رسول الله إذا رفع رأسه من الركوع من صلاة الصبح
في الرّكعة الثّانية رفع يديه فيدعو بهذا الدّعاء : اللّهمّ اهدني فيمن
هديت...."رواه الحاكم وقال : صحيح وزاد البيهقي فيه عبارة : فلك الحمد على ما
قضيت" رواه البيهقي عن ابن عباس (سبل السّلام ج 1 ص 187). وزاد البيهقي
والطبراني "ولا يعزّ من عاديت" (سبل السّلام ج 1 ص 186)
Dari
Abu Hurairah ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW bila bangun dari ruku’ dalam
shalat subuh pada raka’at yang kedua beliau mengangkat kedua tangannya dan membaca
do’a qunut “Allaahummahdinii fiiman hadaiit....” HR. Hakim dan berkata: hadits
shahih dan ditambahkan dalam hadits tersebut lanjutan do’a “Falakal hamdu ‘alaa
maa qadlait..” HR. Baihaqi dan Ibnu Abbas. {Subulus salam juz I/188} dan Imam
Al-Baihaqi dan Thabarani menambahkan: “Walaa yaizzu man ‘adait”. {Subulus salam
I/186}
Nabi
SAW mengajarkan do’a qunut yang dibaca dalam qunut subuh sama dengan qunut
shalat witir yaitu “Allaahummahdinii fiiman hadait....” Sesuai Hadits
diceritakan al-Hasan bin Ali ra, ia berkata : Adalah Nabi SAW mengajarkan
padaku do’a yang dibaca pada qunut witir yaitu:
اللّهمّ
اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت،
وقني شرّ ما قضيت، وإنّك تقضى ولا يقضى عليك ولا يضلّ من واليت تباركت ربّنا وتعاليت.
رواه الخمسة (سبل السّلام ج 1 ص 362)
“Ya Allah berikanlah kami petunjuk
bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Sehatkan kami bersama
orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah kami pertolongan
orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berkatilah kami pada apa yang
telah Engkau karuniakan kepada kami. Jagalah diri kami dari kejahatan
–kejahatan yang telah Engkau tetapkan. Karena Engkaulah yang menetapkan dan
tidak ada yang menetapkan. Tidak akan terhina orang yang telah Engkau beri
pertolongan. Maha Mulia Engkau Wahai Tuhan Yang Maha Tinggi” HR. Khamsah.
Nabi
SAW tidak pernah meninggalkan membaca qunut pada setiap shalat subuh hingga
akhir hayatnya. Sesuai hadits Anas bin Malik ra.
عن
أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قنت شهرا يدعو
عليهم ثمّ ترك فأمّا في الصبح فلم يزل يقنت حتّى فارق الدّنيا. رواه البيهقي
والدار قطني (المجموع ج 3 ص 504)
Anas
ibn Malik ra, berkata: Bahwa Nabi SAW qunut nazilah satu bulan penuh, kemudian
beliau tinggalkan qunut nazilah tersebut. Adapun qunut subuh beliau tidak
meninggalkannya sampai akhir hayatnya. HR. Baihaqy dan Daruquthniy. {Hadits ini
lemah, namun dapat dipakai hujjah karena didukung hadits yang lain.
Ø Madzhab
Hambali
Ulama’ madzhab Hambali berpendapat
seperti imam Abu Hanifah, bahwa dianjurkan qunut dalam shalat witir saja dan
tidak dianjurkan dalam shalat lainnya selain qunut nazilah dalam shalat
jahriiyah {bacaan keras} pada waktu tertentu. Bila imam membaca qunut, makmum
dianjurkan mengamininya sambil mengangkat kedua tangannya, setelah selesai agar
menyapukan kedua tapak tangannya pada wajahnya. {Al-Mughni I/151-155.
Kasy-Syaaf al-Qona’ I/490-494}.[2]
2.
Qunut Nazilah
Qunut nazilah ialah berdo’a untuk
menolak suatu bala, memohon suatu pertolongan atau untuk kehancura suatu kaum,
dilakukan pada i’tidal terakir dri shalat-shalat fardu.[3]
Misalnya ada
kampung yang tertimpa musibah, seperti adanya penyakit menular, sakit kolera,
atau dalam keadaan perag yang menyebabkan kerusakan-kerusakan maka penduduk
tersebut disunahkan membaca qunut nazilah. Qunut nazilah bukan untuk mengutuk,
melainkan semata-mata untuk memohon perlindungan Allah dari marabahaya.
Ø
Madzhab Syafi’i
“Dan telah berkata madzhab Imam Syafi'i: Disunnahkan qunut (qunut
nazilah) karena adanya perkara-perkara yang bersifat berat (misalnya turunnya
bencana) di dalam semua waktu shalat. Imam dan munfarid (orang yang shalat
sendirian) membaca dengan suara keras di dalam qunut itu. Begitupula
disunnahkan berjama'ah membaca qunut di bulan suci Ramadhan. Adapun bacaan
qunut itu di raka'at akhir pada setengah kedua dari bulan suci Ramadhan,
sebagaimana disunnahkan membaca qunut setelah bangun dari ruku' kedua di dalam
shalat shubuh pada setiap hari”.
Qunut
Nazilah adalah sunnah hai’ah hukumnya (kalau lupa tertingal tidak disunatkan
bersujud sahwi). Hal ini sebagaimana menurut Imam Syafi'i, qunut nazilah
disunnahkan pada setiap shalat lima waktu, setelah ruku' yang terakhir, baik
oleh imam atau yang shalat sendirian (munfarid):
bagi yang makmum tinggal mengamini doa imam.
Menurut pendapat 4 madzhab :
Ø Madzhab Maliki
Ulama’madzhab Maliki berpendapat bahwa sunnah
membaca do’a qunut hanya dalam shalat subuh saja dan tidak dianjurkan dalam
shalat lainnya.
Ø
Madzhab Hanafi
Dianjurkan membaca
qunut nazilah bila terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam, namun qunut ini hanya pada shalat shubuh saja dan yang membaca
qunut adalah imam, lalu diaminkan oleh jama’ah dan tidak ada qunut jika
shalatnya munfarid (sendirian).
Ø
Madzhab Hambali
Dianjurkan membaca
qunut nazilah bila terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam. Pada kondisi ini imam atau yang mewakilinya berqunut pada shalat
lima waktu selain shalat Jum’at.
3. Qunut Witir
Qunut witir adalah qunut yang dibaca
dalam sholat witir.Qunut witir boleh dilakukan sebelum rukuk sesudah selesai
qiroah (bacaan surat) dan boleh sesudh rukuk. Apabila kita berqunut sebelum
ruku’, hendaklah kita angkat tangan sambil takbir lagi sesudah selesai dari
qunut. Demikian diriwyatkan dari sebagian sahabat (Fiqhus Sunnah 2 : 34).[4]
Menurut pendapat empat madzhab :
Ø
Madzhab Syafi’i
Imam Syafi’i mengatakan bahwa sunnah membaca do’a qunut dalam
shalat witir yaitu dimulai dari pertengahan malam bulan suci Ramadhan {tanggal
15 Ramadhan}.
Adapun do’a qunut yang dibaca dalam qunut witir menurut Imam
Syafi’i adalah sama dengan do’a qunut dalam shalat subuh.
Ø Madzhab Maliki
Makruh hukumnya membaca do’a qunut pada shalat
witir.
Ø
Madzhab Hanafi
Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah) qunut witir dilakukan
diraka’at yang ketiga sebelum ruku’ pada setiap shalat sunnah.
Ø
Madzhab Hambali
Do’a qunut witir menurut madzhab Hambali
adalah sama dengan do’a qunut yang dibaca dalam qunut shalat subuh. Dibaca
dengan suara keras. Makmum dianjurkan mengamini dan mengangkat kedua tangan
kemudian menyapu muka setelah selesai do’a.
4. Qunut Umum
a.
Dikehendaki dengan qunut sebelum ruku’
, ialah : memanjangkan berdiri. Mereka berkata : Nabi meninggalkan qunut
setelah hilang sebabnya.
b.
Dikehendaki dengan qunut seudah ruku’,
yng tetap, ialah : melamakan berdiri untuk berdo’a secara sirr. Inilah yang
dimksud Anas dengan katanya “Senantiasa
Nabi berqunut sehingga beliau wafat”.
c.
Qunut yang Nabi tinggalkan, ialah:
berdo’a atas kaum kafir yang dilakukan sesudah ruku’ pada raka’at – raka’at
yang terakhir.
d.
Qunut yang terus menerus beliau
kerjakan, ialah : memanjangkan berdiri
pada dua tempat itu (sebelum dan sesudah ruku’) untuk berdo’a dalam setiap
raka’at secara sirr.
Ringkasannya : qunut yang tetap dikerjakan Nabi, ialah yang berarti :
melamaka berdiri untuk berdo’a secara sirr sebelum dan sesudah ruku’.
5. Qunut Khusus
a.
Qunut yang bersifat meminta do’a yang
tertentu dibacakan dengan suara keras dn di aminkan
oleh makmum,di isyari’atkan bila
perlu. Dinamainya “qunut nazilah”. Dilakukan dalam i’tidal yang akhr dari
segala sembahyang.
b.
Qunut yang diartikan : “umum do’a”, disunnahkan dalam segala
berdiri : istimewa dalam berdiri i’tidal, dibaca seara sirr.
c.
Menetapkan qunut secara dijaharkan oleh
imam dan diaminkan oleh ma’mum dalam i’tidal yang kedua pada tiap-tiap
sembahyang subuh, tiada mempunyai alasan yang kuat.[5]
E.
Hukum Do’a Qunut
Hukum Qunut adalah sunat, diantara sahabat yang mensunahkan diantanya
Abu Bakar As-Sidik, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu
Abbas dan Barra Bin Aziz. Dalil yang dijadikan pedoman untuk mensunahkan qunut
adalah hadist Nabi Muhammad SAW :
مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ
وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا
“Terus-menerus Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa alihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia”.
Pakar hadis Muhammad bin Alan as-Sidiqi dalam kitabnya Al-Futuhat
Ar-Rabbaniyah mengatakan bahwa hadis ini yang benar dan diriwayatkan serta
disahihkan oleh golongan pakar yang banyak yang banyak hadist.[6]
F.
Pandangan Ulama’ Seputar Qunut Subuh
Terdapat
sejumlah pandangan para ulama’ tentang hukum membaca do’a qunut dalam shalat
subuh. Berikut pandangan mereka:
Dalam
kitab Al-Mahalliy disebutkan. Syaikh Jalaluddin al-Mahalliy mengatakan: “Dan
sunnah qunut pada i’tidal raka’at kedua pada shalat subuh membaca
“Allahummahdinii...” {Al-Mahalliy I/157}
Dalam
kitab Syarah Al-Muhadzab disebutkan imam Nawawi mengatakan: “Dan termasuk
sunnah Nabi SAW qunut pada shalat subuh pada raka’at kedua berdasarkan hadits
Anas ibnu Malik” {Al-Majmuk syarah al-Muhadzab III/492}
Dalam
kitab I’anatut Thalibin Syaikh Syatha mengatakan: Dan sunnah qunut pada shalat
subuh, berdasarkan hadits shahih, bahwa Nabi SAW qunnut subuh sampai akhir
hayatnya. {I’anutut Thalibin I/158}
Dalam
kitab Al-Um juz I halaman 205 disebutkan: Imam Syafi’i mengatakan “Tidak dianjurkan
membaca do’a qunut selain pada shalat subuh, kecuali qunut nazilah, bila
terjadi bencana. Bila imam qunut, dianjurkan qunut bila dikehendaki pada setiap
shalat” {al-Um I/205}
Maksudnya
adalah bahwa qunut hanya dianjurkan pada shalat subuh, tidak pada setiap shalat
lima waktu, kecuali qunut nazilah maka dilakukan pada setiap shalat lima waktu
bila imam melakukannya.
Tersebut
dalam kitab Syarah al-Muhadzab juz II halaman 492, imam Nawawi mengatakan: “Dan
adalah termasuk sunnah Nabi SAW qunut pada shalat subuh pada raka’at yang kedua
berdasarkan pada hadits dari Anas bin Malik” {al-Majmu’ III/492}
Dalam
kitab Al-Aziz syarah al-Wajiz disebutkan adalah al-Qasim Abdul karim bin
Muhammad al-Rafi’ mengatakan: sunnah hukumnya qunut pada shalat subuh. {al- Aziz
syarah al-Wajiz hal. 412}
Dalam
kitab Bujairimi disebutkan “Yang sunnah muakkadah dalam shalat adalah Tasyahud
Awal dan Qunut Subuh”. {al-Bujairimi II/44}
Dalam
kitab Nihayatuz Zain disebutkan: Syaikh Nawawi al- Banteniy mengatakan: “Dan
sesungguhnya sunnah qunut pada shalat subuh yaitu pada i’tidal raka’at kedua,
setelah membaca do’a yang biasa” {Nihayatuz-zain hal. 66}.
KESIMPULAN
Doa Qunut ialah do’a yang dibaca waktu
berdiri dalam
sembahyang. Macam Qunut sendiri terbagi menjadi 3 macam,
diantaranya Qunut Subuh, Qunut Nazilah dan Qunut Witir. Hukum membacanya adalah
sunnah.
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum bacaan
Qunut, diantanya :
Ø Madzhab
Hanafi
Ulama’
madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya dianjurkan membaca do’a qunut pada
shalat witir saja dan tidak dianjurkan membaca do’a qunut pada shalat subuh,
selain qunut nazilah dalam shalat jahriyah {bacaan keras}.
Ø Madzhab
Maliky
Ulama’
madzhab Maliky berpendapat bahwa sunnah qunut pada shalat subuh dan makruh
membaca qunut selain qunut pada shalat subuh.
Ø Madzhab Syafi’i
Imam
Syafi’i berpendapat qunut subuh sunnah muakkadah karena Nabi SAW mengerjakannya
setiap shalat subuh sepanjang hayatnya.
Ø Madzhab
Hambali
Ulama’
madzhab Hambali berpendapat seperti imam Abu Hanifah, bahwa dianjurkan qunut
dalam shalat witir saja dan tidak dianjurkan dalam shalat lainnya selain qunut
nazilah dalam shalat jahriiyah {bacaan keras} pada waktu tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Ashiddieqy, Hasby. 1991. Kuliah Ibadah. Jakarta: PT. Bulan Bintang
http://kmplnmakalah.blogspot.com/2012/10/hukum-membaca-qunut-dalam-sholat.htm
Dimyathi Badruzzaman, Ahmad. 2009. Umat
Bertanya Ulama Menjawab. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Tengku. 2001. Pedoman Shalat. Semarang: Pustaka Rizki
Ktb,
Piss. 2013. Kumpulan Tanya Jawab dan
Diskusi Keagamaan. Indonesia: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
[1] Hasby Ashiddieqy, Kuliah
Ibadah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), 146.
[2] http://kmplnmakalah.blogspot.com/2012/10/hukum-membaca-qunut-dalam-sholat.html, Diambil 3 Januari 2014, 10.00
[3] Ahmad Dimyathi Badruzzaman, Umat Bertanya Ulama Menjawab,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 236
[4] Tengku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Semarang: Pustaka
Rizki Putra: 2001) ,315
[5] Hasbi Ash Shiddieqy ,152
[6] Piss ktb, Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi
Keagamaan, (Indonesia: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, 2013), 229.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)