Saat
malam mulai memeluk mimpi-mimpi setiap orang, ada seorang gadis yang tengah gelisah.
Entah mengapa dia sangat berharap pagi cepat kembali. Tak henti dia melihat
telepon genggam miliknya. Waktu menunjukkan pukul 23.55 WIB. Dia tersenyum dan
memeluk teleponnya erat. Hembusan angin malam yang dingin mulai meniup matanya
yang kian memerah. Dengan sekuat tenaga ia berusaha agar tetap terjaga dan
tidak tertidur. Namun hembusan angin itu seolah memaksanya untuk memejamkan
mata. Akhirnya iapun tertidur lelap.
Cahaya matahari
mulai melewati celah jendela kamarnya. Dia terbangun dari tidur yang cukup
panjang itu dan mengusap kedua matanya yang enggan terbuka. Perlahan ia membuka
matanya meskipun amat berat. Berguling ke kiri kanan seakan raganya tak mau
berpisah dengan tempat dimana ia tidur. Namun, saat melihat HP di dekatnya, ia
langsung beranjak bangun.
“hah
sudah pagi. Aku ketiduran. Oh tidak tidak tidak, ” Dia mengambil HP dan
membukanya. Dia menghela nafas “huuuuhhhh, tidak ada pesan sama sekali. ” Kekecewaan
itu tampak mencuat diwajahnya yang masih kusam. Entah pesan dari siapa yang ia
tunggu, hingga membuat matahari pagipun tak mampu menghibur kekecewaannya itu.
Dia hanya meletakkan kembali HP itu dan bergegas mandi untuk menyegarkan
kembali wajahnya yang tampak lesu.
Sepanjang
jalan ke sekolah, dia hanya menunduk. Sesekali ia tersenyum menyapa orang yang
menyapanya. “Selamat Pagi Vita” sapa orang-orang itu. Dia berharap orang-orang
mengabaikannya, dan membiarkannya seolah hidup dalam dunianya sendiri. Bahkan
sampai di halte bus, ia melewatkan 2 bus karena hanya menunduk dan melamun.
Untung dia tersadar saat datang bus yang ketiga.
Sampai
di sekolah, ia terlambat. Mendapat hukuman? Sudah pasti. Dan hukumannya adalah
membersihkan halaman kantor guru. Selesai menjalani hukuman, dia bergegas masuk
kelas. Dia mengikuti pelajaran tidak seperti biasa. Teman-teman sekelasnya
keheranan melihat tingkah dia pagi itu. Saat istirahat tiba, Vita bak seorang
narasumber sebuah berita heboh yang dihampiri ribuan wartawan yang siap
melemparinya dengan berbagai macam pertanyaan.
“Vit,
kamu sakit?” Tanya Icha.
“Enggak.”
Jawab Vita singkat.
“Ada
masalah ?” Tanya Amel
“Enggak
juga”
“terus
kenapa?” Tanya Sofie
“ya
enggak papa. Emangnya kenapa?”
“hari
ini kamu aneh banget. Nglamun terus.”
“perasaan,
aku baik-baik aja.” Jawab Vita sambil tersenyum kepada tiga temannya itu. “yuk ke kantin”
“yaudah
, ayoo” sahut tiga temannya.
Hari itu
kantin terasa sesak. Hampir semua meja sudah dipakai. Hanya ada satu meja
dengan 4 kursi yang kosong. Itupun sudah ada satu anak yang duduk di sana. Seorang
anak laki-laki dengan gaya rambut mow hack dan jam tangan hitam
melingkar di tangannya. Sofie pun mengajak mereka untuk duduk di dekat anak
itu.
“Permisi,
boleh kita duduk di sini?” Tanya Sofie dengan nada centilnya.” soalnya meja
yang lain sudah penuh”
“oh
boleh boleh. silahkan” jawab anak itu.
“Reza?”
sahut Amel yang ternyata sudah kenal dengan anak itu.
“eh ada
Amel juga ternyata. Iya Mel, duduk saja” jawab Reza.
“kamu
kenal Mel?” Tanya Icha.
“Kenal
lah, kan kita satu sekolah” jawab Amel meringis.
“Iya tau
Mel. Tapi kan nggak mungkin juga kita kenal semua murid di sekolah ini. Coba
bayangin, kelas XI aja sampai kelas I. Belum lagi kelas X dan XII. Siapa yang bisa
hafal semua murid.” Jawab Icha kesal.
“hahaha
iya Cha. Bercanda Cha. Gitu aja baper. Reza ini temenku pas SMP dulu. Hehe iya
kan Za?” ucap Amel.
“Iya.
Aku Reza teman SMP nya Amel. Salam kenal” jawab Reza sembari tersenyum pada
Icha, Sofie, dan Vita. Senyum itu membuat matanya yang kecil terlihat semakin
sipit.
“oh iya.
Kenalin aku Sofie.” Sambil mengulurkan tangannya ke Reza.
“iya.
Hai Sofie, salam kenal.” Jawab Reza sambil menyambut tangan Sofie.
“hmmm
dasar Sofie. ow iya Za, kenalin juga, ini Icha dan yang ini Vita.” Sahut Amel
“Hai”
sapa Vita dan Icha.
“ngomong-ngomong
kamu kelas apa?” Tanya Icha.
“kelas XIG.”
Jawab Reza.
Mereka berbicara
banyak selama istirahat. Terlihat tawa lepas di wajah mereka. Tak terkecuali
Vita. Dia yang tadinya kesal jadi berubah ceria kembali. Sahabat memang obat
terbaik. Selesai makan mereka kembali ke kelas masing-masing, kecuali Vita.
Vita mampir ke Perpustakaan untuk meminjam buku bacaan baru. Dia sangat senang
membaca. Tidak heran jika dia menjadi salah satu siswa pandai di kelasnya.
Dalam perjalanannya ke perpustakaan datanglah Reza yang berjalan di sampingnya.
“Hai
Vit, Ketemu lagi. Mau kemana?” Sapa Reza.
“eh hai
Za. Aku mau ke perpustakaan. Kamu sendiri?” Tanya Vita.
“oh. Aku
mau ke kelas. Oh iya, happy birthday ya.” Ucap Reza.
Vita
yang tadinya berjalan cepat menuju perpustakaan mulai memperlambat langkahnya.
Ia berhenti dan menatap Reza dengan wajah polos dan bingung. “Ini Reza. Anak
yang baru saja dia kenal di kantin. Dan sekarang dia memberi ucapan selamat Ulang
Tahun untuk Vita. Ini pasti salah paham.” Pikir Vita sambil mencari alasan yang
dapat dinalar akalnya.
“Vit,
kamu baik-baik saja kan? Kok bengong?” Tanya Reza.
“Haahh
iya aku baik2 saja kok. Seharusnya aku yang tanya Za. Kamu sedang baik-baik saja
kan? Kamu tidak sedang salah memberi ucapan?” Tanya Vita penasaran.
“hahaha
tenang saja. Aku sehat kok. Memangnya di sini ada anak lain Vit? Kan hanya kamu
yang ada disini. Jadi ya tidak salah orang. Atau jangan2 hari ulang tahunmu sudah
ganti Vit. Hehehehe” jawab Reza
mencairkan suasana.
“ya
bukan begitu. Tapi ngomong-ngomong bagaimana kamu tahu kalau hari ini ulang
tahun ku? Kita kan baru saja ketemu tadi??? Ohh atau kamu tahunya dari Amel?”
“ mmmm
iya aku tahu dari Amel Vit. Hehehe”
“kapan?”
“tadi
aku mendengar mereka membicarakan soal ulang tahun kamu Vit” jawab Reza
“owwhhhh
begitu.. iya makasih Za. Tapi kok Amel dan yang lainnya tidak memberi ucapan ke
aku ya?” gumam Vita.
“mungkin
mereka sedang menyiapkan surprise untuk kamu Vit.”
“ya
mungkin saja.. bisa jadi. Oh iya, aku duluan ya Za. Sebentar lagi waktu
istirahatnya habis, aku pergi ke perpustakaan dulu. Nanti keburu masuk kelas.”
“iya
Vit, oke.”
Dan
sesuai prediksi Reza, sore itu teman-teman Vita mengadakan pesta kecil di Cafe
tempat mereka biasa nongkrong. Di cafe itu mereka menyiapkan satu kue rasa
coklat kesukaan Vita dan beberapa hadiah yang dibungkus kertas bernuansa merah
muda. Hadiah yang mereka siapkan benar-benar barang yang Vita inginkan. Mulai
dari DVD Drama Korea, Novel, VCD dan sepatu, semuanya adalah apa yang Vita
suka. Vita merasa terharu atas apa yang sahabat-sahabatnya lakukan. Ternyata
mereka ingat dan bahkan telah mempersiapkan semuannya dengan baik.
“terima kasih
banyak yaaa... kalian benar-benar yang terbaik. Aku kira kalian lupa. Tapi
ternyata kaliah sudah menyiapkan ini semua untuk aku.” Ucap Vita sembari
memeluk sahabat-sahabatnya.
“ iya
Vit, sama-sama. Ya ampun, mana mungkin kita lupa.. ya enggak lah.” jawab Icha
“owh
iya, ngomong-ngomong Reza juga tahu rencana kalian?” Tanya Vita.
“Reza?
Temannya Amel? Engggak sih kayaknya Vit.”
“atau
mungkin kalian keceplosan ngomong gitu di sekolah tadi?” tambah Vita.
“mungkin
saja. Tapi sepertinya kita tadi selalu sama kamu Vit. Jadi kalo kita keceplosan
ya gagal dong rencana kita.” Hehehe jawab Sofie.
“Memangnya
kenapa Vit?” Tanya Amel
“emmm
gak papa kok. Yaudah ayo kita makan kue nya.” kata
Vita sambil mengambil sepotong kue ulang tahunnya.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)