1 First Meeting
Saat itu awal bulan Januari, Clara mulai memasuki semester ke dua
kelas X SMA. Seperti hari-hari biasa, jam setengah 7 Clara berangkat
menggunakan sepeda motor matic menuju ke sekolah. Sampai di sekolah, Clara memarkirkan
motornya di tempat yang disediakan. Tempat parkir di sekolah Clara lumayan
luas. Bisa menampung sekitar ratusan motor. Rata-rata semua anak di sekolah
Clara membawa motor ke sekolah. Hanya beberapa siswa yang naik bus dan sepedah.
Hari itu hari Jum’at. Clara harus pulang sore karena mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa
kelas X dan XI. Kecuali siswa yang ditunjuk untuk mewakili tim sekolah dalam
Pekan Olahraga antar SMA. Mereka sedang sibuk berlatih setiap hari untuk
persiapan kompetisi. Sedangkan kelas XII sudah disibukkan dengan berbagai
kegiatan tambahan / LES untuk persiapan Ujian Akhir Nasional. Kegiatan yang
dilakukan seminggu sekali ini benar-benar tidak bisa Clara tinggalkan meskipun
dia sangat tidak menyukainya. Karena hukuman yang akan diterima jika bolos
Pramuka adalah membuat surat pernyataan dilengkapi tanda tangan ketua RT dan RW
Desa masing-masing siswa. Dan hal itu akan lebih merepotkan jika terjadi.
Sungguh hari yang melelahkan. Jam 15.40 kegiatan Pramuka baru
selesai. Clara berjalan menuju tempat parkir sekolahnya. Saat itu masih ada
banyak siswa yang belum pulang karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket
dan futsal untuk persiapan kompetisi antar sekolah. Sambil berjalan menuju
tempat parkir, Clara melihat-lihat sekitar dan mencari sahabatnya yang juga
bergabung dalam tim basket sekolah. Clara melihat sahabatnya melambaikan tangan
dan memberi isyarat agar Clara menemuinya.
“kamu sudah mau pulang Ra?” Tanya Nisa
“iya Nis. Kamu masih lama? Ayo pulang bareng.” Jawab Clara.
“aku masih harus latihan lagi Ra. Mungkin sebentar lagi. Kamu mau
nunggu?”
Clara melirik angka jam di ponselnya. “mmm oke aku tunggu.”
“yaudah aku kabari Ervan dulu bilang nggak usah dijemput.” Nisa
mengambil telepon genggamnya dari dalam tas.
***
“Anisa
Soraya atau Nisa, adalah teman Clara sejak berada di kelas 4 SD. Dia adalah
murid pindahan dari Surabaya. Dia pindah karena neneknya sakit dan harus ada
yang merawatnya. Ibunya memutuskan untuk tinggal di kota ini sedangkan ayahnya
tetap bekerja di Surabaya.
Saat
Nisa sudah kelas 6 SD, neneknya meninggal dunia. Awalnya ayah Nisa, Pak Hadi,
ingin Nisa dan Ibunya kembali tinggal di Surabaya. Namun Bu Retno, ibunya Nisa,
ingin tetap tinggal di sini untuk meneruskan usaha kue milik nenek Nisa. Pak
Hadi sekarang masih bekerja di Surabaya. Setiap 3 bulan sekali atau pada saat
libur bekerja beliau pulang untuk mengunjungi Nisa dan Bu Retno.
***
Peluit dari pelatih berbunyi. Itu menandakan Nisa harus segera
mengikuti latihan lagi. Clara duduk di bangku yang terbuat dari cor semen yang
dicat hijau tua di tepi lapangan basket. Terkadang lapangan itu juga bisa
digunakan untuk tennis lapangan. Di sebelah lapangan basket ada lapangan futsal
dan volley.
Sambil menunggu Nisa latihan, Clara memasang earphone dan
mendengarkan alunan lagu dalam HPnya.
Tapi buka dulu topengmu, buka dulu topengmu
Biar ku lihat warnamu , kan ku lihat warnamu
Clara memainkan telepon genggamnya dan sesekali melihat sekitar
lalu kembali memainkan telepon genggam. Saat Clara sedang asyik memainkan HP
tiba-tiba terdengar teriakan beberapa orang yang sedikit memecah
konsentrasinya. Clara hanya melihat anak-anak dari club futsal seperti
meneriaki temannya yang sedang melakukan latihan untuk pertandingan besok.
Dengan cuek Clara kembali memainkan HP.
“hey, apa game nya menyenangkan?” tiba-tiba ada seorang anak
laki-laki yang menarik earphonenya dan berbisik di dekat telinga Clara.
Sontak Clara kaget dan HPnya terjatuh.
“Eh, Oh tidak-tidak HP ku” Clara mengambil HP dan mengusap-usap
nya.” ada apa? kamu mau aku kena jantung ya?” Tanya Clara pada anak laki-laki
itu dengan nada kesal.
“Gak papa. Aku cuma mau mengambil bola ini.” kata laki-laki itu
tersenyum sambil mengambil bola yang ada di dekat kaki Clara.
“lalu kenapa mengagetkanku? Bolanya kan ada di sana.” tanya Clara
kesal.
“jadi begini, kamu lihat teman-temanku yang ada di sana?” Tanya nya
sambil menunjuk ke arah tempat futsal. “Mereka sedang merasa kesal padamu. Aku
hanya menyampaikan kekesalan mereka.”
“kesal padaku? Kenapa? Apa salahku?” tanya Clara sambil melihat
kelompok anak futsal yang sedang memperhatikan mereka berdua.
“kamu tidak salah apa-apa. Mereka kesal karena kamu benar-benar
telah mencuri perhatian mereka.” kata anak laki-laki itu sambil tersenyum
dengan gaya khasnya yang terlihat tengil.
Clara menyadari ucapan itu hanya ejekan karena sepertinya mereka
menyuruh Clara melempar bola yang ada di dekat kaki nya sedangkan dia tidak
menggubrisnya. Clara bukannya tidak mau. Tapi karena dia tidak mendengar
mereka. Sambil mencari jawaban yang pas Clara mengerutu sendiri.
“oh jadi begitu. Sampaikan permohonan maafku pada mereka karena
wajahku sudah mengalihkan dunia mereka.” jawabnya dengan nada kesal.
“baiklah” anak laki-laki itu sedikit menahan tawa dan kembali
bermain futsal dengan teman-temannya.
Jam menunjukkan pukul 4 lebih 15 menit. Matahari mulai bergeser
menuju tempat peraduannya. Clara dan Nisa bergegas pulang. Clara duduk di depan
membonceng Nisa.
“Eh, tadi ngobrol apa sama Kak Ilham Ra?”
“Ilham siapa?” Tanya Clara sambil berkonsentrasi menyetir.
“tadi yang ngobrol sama kamu, anak futsal.”
“Oh cowok tadi. Ngajak berantem.”
“kok bisa? kenapa?”
“Ya gitu lah. Cakep juga enggak. Dih sok banget”
“Hahaha idola sekolah itu. Ati-ati”
“Amit-amit. Sama kamu aja deh.”
“Ngawur kamu. Ervan mau aku kemanain.” Jawab Nisa
“Oh jadi kalau nggak sama Ervan, kamu mau sama dia.” ejek Clara
“Ya nggak gitu Ra. hahaha Kan yang jones kamu. Cocokan sama kamu
Ra.”
“Dih siapa bilang aku jones. Kan ada Kak Nata.” Jawab Clara nyengir
“Ngehalu terus. Emang kak Nata mau sama kamu?”
“Wah kamu sukanya bikin drop sahabat sendiri Nis. Bukannya dukung
gitu.” Gerutu Clara
“Hahahah becanda Ra. Udah hampir 3 tahun lo. Kamu nggak capek jadi
secret admirer Ra?”
“Cinta tidak mengenal angka Nis.” hahahha
“Idih... Jones ngomongin cinta. Kayak kamu paham aja”
“Jangan salah. kamu kalau ada masalah sama Ervan siapa yang ngasih
solusi percintaan mu? aku kan” Bantah Clara dengan sombongnya
“hahaha iya deh. oke aku akui.”
“Nah kan. eh dah nyampek, lanjut di FB aja ngrumpinya.”
“Oke. thankyou Ra. nggak mampir dulu?”
“Kapan-kapan deh. Udah sore banget.”
“Oke. Hati-hati”
***
Malam
itu Clara sedang berselancar khusyuk di sosial media Facebook nya. Hampir
setiap malam ia stalking akun Facebook bernama Nata Alana Putra. Sosok
yang sudah ia kagumi sejak ia kelas 2 SMP. Entah mulai kapan rasa kagum itu
tumbuh. Pertemuan pertamanya dengan Nata sepertinya meninggalkan kesan
tersendiri di hati Clara. Saat itu Clara sedang mengendarai motor dengan Nisa
menuju supermarket dekat rumahnya. Mereka masih memakai seragam SMP. Di tengah
jalan, tiba-tiba seekor ayam tanpa rasa dosa menyeberang tepat di depan motor
Clara. Dengan sigap Clara mengerem dan “bruk” motor Nisa oleng ke kanan. Saat
itu Nata yang kebetulan lewat di tempat kejadian menolong mereka. Dia
mengulurkan tangannya pada Clara setelah ia menyingkirkan sepeda motor yang
menimpa Clara. Nisa yang berhasil mengantisipasi kejadian itu sudah berdiri di
belakang Clara.
“Kamu
nggak apa-apa?” tanya Nata pada Clara.
Clara
masih terdiam memandangi Nata.
“Halo.
dek.” Nata mengayunkan tangannya di depan mata Clara memastikan Clara masih
bisa diajak berkomunikasi.
“Eh
iya kak. Alhamdulillah nggak apa-apa.”
“Itu
kaki sama tangan kamu lecet. Duduk dulu.” Ajak Nata ke tepi jalan untuk
memasangkan plester luka ke kaki dan tangan Clara. Dengan pelan Nata menyiram
luka dengan air minumnya kemudian memasang plester luka.
“Lain
kali hati-hati. Masih SMP jangan bawa motor sendiri ya.” Ucap Nata dengan
lembut.
“Iya kak ....., “ Clara menjeda ucapannya
sambil melihat bedge nama yang ada di seragam Nata .” Nata. terima kasih
banyak.” lanjut Clara dengan sikap polosnya.
Nata
melirik bedge namanya memastikan bagaimana anak ini tahu namanya. Nata
tersenyum. “ Iya sama-sama. Mau dianter?”
“Enggak
usah kak. Rumahnya udah deket kok.”
“Oh
yaudah. Kalian hati-hati. aku pulang duluan ya dek.” Nata melambai pada mereka
berdua dan melaju ke rumah dengan motornya.
“Clara.
udah bengongnya.” Ucap Nisa sambil menoyor kepala Clara.
“hehehe
Kakaknya cakep.”
“hiiih
ayo naik aku yang bonceng. Bisa naik sendiri?”
“Bisa.
gini doang mah kecil.”
“Tadi
sok-sokan lemah.”
“Heheheheeh.
ayo aku udah siap. Jalan.”
“Ke
supermarket?”
“Pulang
lah Nis. Tega kamu bawa aku ke supermarket kayak gini.”
“Terus
tepung sama gula ibu kamu gimana?”
“Pasti
ibu ngerti kok.”
“Oke
deh. pegangan.”
***
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)