Tuesday, September 27, 2022

Pergi atau Kembali (Part 1: First Meeting)

 1       First Meeting

 

             Clara Azzahra seorang siswi SMA yang sangat tidak suka dengan kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Penampilannya sangat sederhana dan jarang bergaul dengan teman-temannya. Rambut hitam sebahu yang selalu diikat dan jaket kain berwarna hitam menjadi ciri khasnya. Dia hanya siswi biasa yang mungkin hanya dikenal oleh teman sekelasnya. Tak banyak yang dilakukan Clara selama berada di sekolah. Berangkat pagi dan pulang tepat pada waktunya. Clara hanya pulang sore saat mengikuti kegiatan ekstra wajib Pramuka yang dicanangkan sekolahnya.

Saat itu awal bulan Januari, Clara mulai memasuki semester ke dua kelas X SMA. Seperti hari-hari biasa, jam setengah 7 Clara berangkat menggunakan sepeda motor matic menuju ke sekolah. Sampai di sekolah, Clara memarkirkan motornya di tempat yang disediakan. Tempat parkir di sekolah Clara lumayan luas. Bisa menampung sekitar ratusan motor. Rata-rata semua anak di sekolah Clara membawa motor ke sekolah. Hanya beberapa siswa yang naik bus dan sepedah.

Hari itu hari Jum’at. Clara harus pulang sore karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan XI. Kecuali siswa yang ditunjuk untuk mewakili tim sekolah dalam Pekan Olahraga antar SMA. Mereka sedang sibuk berlatih setiap hari untuk persiapan kompetisi. Sedangkan kelas XII sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan tambahan / LES untuk persiapan Ujian Akhir Nasional. Kegiatan yang dilakukan seminggu sekali ini benar-benar tidak bisa Clara tinggalkan meskipun dia sangat tidak menyukainya. Karena hukuman yang akan diterima jika bolos Pramuka adalah membuat surat pernyataan dilengkapi tanda tangan ketua RT dan RW Desa masing-masing siswa. Dan hal itu akan lebih merepotkan jika terjadi.

Sungguh hari yang melelahkan. Jam 15.40 kegiatan Pramuka baru selesai. Clara berjalan menuju tempat parkir sekolahnya. Saat itu masih ada banyak siswa yang belum pulang karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket dan futsal untuk persiapan kompetisi antar sekolah. Sambil berjalan menuju tempat parkir, Clara melihat-lihat sekitar dan mencari sahabatnya yang juga bergabung dalam tim basket sekolah. Clara melihat sahabatnya melambaikan tangan dan memberi isyarat agar Clara menemuinya.

“kamu sudah mau pulang Ra?” Tanya Nisa

“iya Nis. Kamu masih lama? Ayo pulang bareng.” Jawab Clara.

“aku masih harus latihan lagi Ra. Mungkin sebentar lagi. Kamu mau nunggu?”

Clara melirik angka jam di ponselnya. “mmm oke aku tunggu.”

“yaudah aku kabari Ervan dulu bilang nggak usah dijemput.” Nisa mengambil telepon genggamnya dari dalam tas.

***

“Anisa Soraya atau Nisa, adalah teman Clara sejak berada di kelas 4 SD. Dia adalah murid pindahan dari Surabaya. Dia pindah karena neneknya sakit dan harus ada yang merawatnya. Ibunya memutuskan untuk tinggal di kota ini sedangkan ayahnya tetap bekerja di Surabaya.

Saat Nisa sudah kelas 6 SD, neneknya meninggal dunia. Awalnya ayah Nisa, Pak Hadi, ingin Nisa dan Ibunya kembali tinggal di Surabaya. Namun Bu Retno, ibunya Nisa, ingin tetap tinggal di sini untuk meneruskan usaha kue milik nenek Nisa. Pak Hadi sekarang masih bekerja di Surabaya. Setiap 3 bulan sekali atau pada saat libur bekerja beliau pulang untuk mengunjungi Nisa dan Bu Retno.

***

Peluit dari pelatih berbunyi. Itu menandakan Nisa harus segera mengikuti latihan lagi. Clara duduk di bangku yang terbuat dari cor semen yang dicat hijau tua di tepi lapangan basket. Terkadang lapangan itu juga bisa digunakan untuk tennis lapangan. Di sebelah lapangan basket ada lapangan futsal dan volley.

Sambil menunggu Nisa latihan, Clara memasang earphone dan mendengarkan alunan lagu dalam HPnya.

Tapi buka dulu topengmu, buka dulu topengmu

Biar ku lihat warnamu , kan ku lihat warnamu

Clara memainkan telepon genggamnya dan sesekali melihat sekitar lalu kembali memainkan telepon genggam. Saat Clara sedang asyik memainkan HP tiba-tiba terdengar teriakan beberapa orang yang sedikit memecah konsentrasinya. Clara hanya melihat anak-anak dari club futsal seperti meneriaki temannya yang sedang melakukan latihan untuk pertandingan besok. Dengan cuek Clara kembali memainkan HP.

“hey, apa game nya menyenangkan?” tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang menarik earphonenya dan berbisik di dekat telinga Clara.

Sontak Clara kaget dan HPnya terjatuh.

“Eh, Oh tidak-tidak HP ku” Clara mengambil HP dan mengusap-usap nya.” ada apa? kamu mau aku kena jantung ya?” Tanya Clara pada anak laki-laki itu dengan nada kesal.

“Gak papa. Aku cuma mau mengambil bola ini.” kata laki-laki itu tersenyum sambil mengambil bola yang ada di dekat kaki Clara.

“lalu kenapa mengagetkanku? Bolanya kan ada di sana.” tanya Clara kesal.

“jadi begini, kamu lihat teman-temanku yang ada di sana?” Tanya nya sambil menunjuk ke arah tempat futsal. “Mereka sedang merasa kesal padamu. Aku hanya menyampaikan kekesalan mereka.”

“kesal padaku? Kenapa? Apa salahku?” tanya Clara sambil melihat kelompok anak futsal yang sedang memperhatikan mereka berdua.

“kamu tidak salah apa-apa. Mereka kesal karena kamu benar-benar telah mencuri perhatian mereka.” kata anak laki-laki itu sambil tersenyum dengan gaya khasnya yang terlihat tengil.

Clara menyadari ucapan itu hanya ejekan karena sepertinya mereka menyuruh Clara melempar bola yang ada di dekat kaki nya sedangkan dia tidak menggubrisnya. Clara bukannya tidak mau. Tapi karena dia tidak mendengar mereka. Sambil mencari jawaban yang pas Clara mengerutu sendiri.

“oh jadi begitu. Sampaikan permohonan maafku pada mereka karena wajahku sudah mengalihkan dunia mereka.” jawabnya dengan nada kesal.

“baiklah” anak laki-laki itu sedikit menahan tawa dan kembali bermain futsal dengan teman-temannya.

Jam menunjukkan pukul 4 lebih 15 menit. Matahari mulai bergeser menuju tempat peraduannya. Clara dan Nisa bergegas pulang. Clara duduk di depan membonceng Nisa.

“Eh, tadi ngobrol apa sama Kak Ilham Ra?”

“Ilham siapa?” Tanya Clara sambil berkonsentrasi menyetir.

“tadi yang ngobrol sama kamu, anak futsal.”

“Oh cowok tadi. Ngajak berantem.”

“kok bisa? kenapa?”

“Ya gitu lah. Cakep juga enggak. Dih sok banget”

“Hahaha idola sekolah itu. Ati-ati”

“Amit-amit. Sama kamu aja deh.”

“Ngawur kamu. Ervan mau aku kemanain.” Jawab Nisa

“Oh jadi kalau nggak sama Ervan, kamu mau sama dia.” ejek Clara

“Ya nggak gitu Ra. hahaha Kan yang jones kamu. Cocokan sama kamu Ra.”

“Dih siapa bilang aku jones. Kan ada Kak Nata.” Jawab Clara nyengir

“Ngehalu terus. Emang kak Nata mau sama kamu?”

“Wah kamu sukanya bikin drop sahabat sendiri Nis. Bukannya dukung gitu.” Gerutu Clara

“Hahahah becanda Ra. Udah hampir 3 tahun lo. Kamu nggak capek jadi secret admirer Ra?”

“Cinta tidak mengenal angka Nis.” hahahha

“Idih... Jones ngomongin cinta. Kayak kamu paham aja”

“Jangan salah. kamu kalau ada masalah sama Ervan siapa yang ngasih solusi percintaan mu? aku kan” Bantah Clara dengan sombongnya

“hahaha iya deh. oke aku akui.”

“Nah kan. eh dah nyampek, lanjut di FB aja ngrumpinya.”

“Oke. thankyou Ra. nggak mampir dulu?”

“Kapan-kapan deh. Udah sore banget.”

“Oke. Hati-hati”

***

Malam itu Clara sedang berselancar khusyuk di sosial media Facebook nya. Hampir setiap malam ia stalking akun Facebook bernama Nata Alana Putra. Sosok yang sudah ia kagumi sejak ia kelas 2 SMP. Entah mulai kapan rasa kagum itu tumbuh. Pertemuan pertamanya dengan Nata sepertinya meninggalkan kesan tersendiri di hati Clara. Saat itu Clara sedang mengendarai motor dengan Nisa menuju supermarket dekat rumahnya. Mereka masih memakai seragam SMP. Di tengah jalan, tiba-tiba seekor ayam tanpa rasa dosa menyeberang tepat di depan motor Clara. Dengan sigap Clara mengerem dan “bruk” motor Nisa oleng ke kanan. Saat itu Nata yang kebetulan lewat di tempat kejadian menolong mereka. Dia mengulurkan tangannya pada Clara setelah ia menyingkirkan sepeda motor yang menimpa Clara. Nisa yang berhasil mengantisipasi kejadian itu sudah berdiri di belakang Clara.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Nata pada Clara.

Clara masih terdiam memandangi Nata.

“Halo. dek.” Nata mengayunkan tangannya di depan mata Clara memastikan Clara masih bisa diajak berkomunikasi.

“Eh iya kak. Alhamdulillah nggak apa-apa.”

“Itu kaki sama tangan kamu lecet. Duduk dulu.” Ajak Nata ke tepi jalan untuk memasangkan plester luka ke kaki dan tangan Clara. Dengan pelan Nata menyiram luka dengan air minumnya kemudian memasang plester luka.

“Lain kali hati-hati. Masih SMP jangan bawa motor sendiri ya.” Ucap Nata dengan lembut.

 “Iya kak ....., “ Clara menjeda ucapannya sambil melihat bedge nama yang ada di seragam Nata .” Nata. terima kasih banyak.” lanjut Clara dengan sikap polosnya.

Nata melirik bedge namanya memastikan bagaimana anak ini tahu namanya. Nata tersenyum. “ Iya sama-sama. Mau dianter?”

“Enggak usah kak. Rumahnya udah deket kok.”

“Oh yaudah. Kalian hati-hati. aku pulang duluan ya dek.” Nata melambai pada mereka berdua dan melaju ke rumah dengan motornya.

“Clara. udah bengongnya.” Ucap Nisa sambil menoyor kepala Clara.

“hehehe Kakaknya cakep.”

“hiiih ayo naik aku yang bonceng. Bisa naik sendiri?”

“Bisa. gini doang mah kecil.”

“Tadi sok-sokan lemah.”

“Heheheheeh. ayo aku udah siap. Jalan.”

“Ke supermarket?”

“Pulang lah Nis. Tega kamu bawa aku ke supermarket kayak gini.”

“Terus tepung sama gula ibu kamu gimana?”

“Pasti ibu ngerti kok.”

“Oke deh. pegangan.”

***

 

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya sahabat :)